Gus Sholah Lepas Ribuan Peserta Napak Tilas Resolusi Jihad NU
Gus Sholah Lepas Ribuan Peserta Napak Tilas Resolusi Jihad NU
KIBLAT.NET, Jombang – Pengasuh Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah melepas ribuan
peserta Napak Tilas Resolusi Jihad, pada Ahad (24/11/2013).
Acara napak tilas itu dilepas dari halaman Ponpes Tebuireng. Para peserta akan bersepeda ‘onthel’ menyusuri rute sepanjang 86 kilometer, yakni finish di Kantor PCNU Surabaya, Jl Bubutan.
Seperti dikabarkan beritajatim.com, sejak malam hari ribuan peserta
dari berbagai daerah sudah memadati Ponpes Tebuireng. Mereka disuguhi
pemutaran film ‘Sang Kiai’. Pagi harinya, peserta dari berbagai wilayah
di Jatim sudah bersiap di garis start dengan mengendarai sepeda angin.
Sejurus kemudian, Gus Solah memberikan sambutan.
Dia mengatakan, Resolusi Jihad digelorakan oleh para ulama NU pada 68
tahun lalu. Saat itu, KH Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa yang berisi
kwajiban mengusir penjajah bagi umat Islam. Lewat fatwa itulah perang 10
November 1945 di Surabaya pecah. Hingga akhirnya, tentara sekutu
berhasil dipukul mundur oleh arek-arek Surabaya.
“Artinya, perang 10 November tidak lepas dari peran ulama waktu itu.
Namun sayang, peran besar ulama NU tersebut seolah tersobek dari lembar
sejarah,” kata Gus Solah di hadapan ribuan peserta.
Gus Solah menandaskan, untuk konteks hari ini Resolusi Jihad bukan
lagi mengusir penjajah. Namun ada hal yang lebih besar, yakni
menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Selain itu, semangat Jihad juga
perang melawan praktik korupsi yang semakin menggurita. “Peringatan
resolusi jihad ini sekaligus sebagai inspirasi untuk melawan korupsi,”
katanya.
Selanjutnya, pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang ini mengibarkan bendera sebagai pertanda dimulainya ngonthel
menuju Surabya. Begitu bendera dikabarkan, para peserta langsung
mengayuh sepeda yang dikenakan. Para peserta kebanyakan berdandan ala
pejuang tempo dulu. Sepanjang perjalanan, warga berderet di pinggir
jalan untuk menyaksikan perhelatan tersebut.
Napak tilas Resolusi Jihad NU tersebut mendapatkan apresiasi positif
dari warga Jombang yang notabene sebagai tuan rumah. Salah satunya
adalah Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas, Ketua IPSNU (Ikatan Pencak
Silat Nahdlatul Ulama) Pagar Nusa, Kecamatan Gudo, Jombang.
Menurutnya, Napak Tilas Resolusi Jihad NU sangat penting dilakukan.
Pasalnya, selama ini jejak rekam Resolusi Jihad NU seakan-akan
dihilangkan dari lembar sejarah. Padahal kemerdekaan RI tidak bisa lepas
dari fatwa para ulama yang dipimpin KH Hasyim Asyari tersebut.
Gus Dimas juga berharap ke depan acara Napak Tilas Resolusi Jihad NU
bisa dijadikan agenda tahunan. Dengan begitu, bakal menjadi ingatan dan
teladan bagi rakyat Indonesia tentang peran ulama dalam mempertahankan
Kemerdekaan RI. Dia juga mengatakan bahwa ngonthel bareng dalam rangka
peringatan Resolusi Jihad ini sangat bermanfaat.
“Disitu kita bisa mengambil hikmah, bisa membayangkan seperti apa
pendahulu NU kita dulu berjuang. Manfaat yang tak kalah penting adalah
moment ini bisa kita jadikan sarana konsolidasi internal NU, agar tetap
kompak di semua elemen, tidak terpecah dengan masalah apa pun, terutama
ditahun politik yang rawan dan sensitif ini,” pungkas Gus Dimas ketika
berada di lokasi pemberangkatan peserta. [sdqfajar]
Salam (Baru) Pagar Nusa
Salam Pagar Nusa sebagai salam pembuka semua jurus baku yang diterapkan
kepada seluruh pendekar yang di bawah naungan Pagar Nusa, dan salam ini
sudah disepakati bersama dalam kebijakan Pimpinan Pusat Pagar Nusa.
Video ini diambil di pelataran kantor PBNU
pada bulan Juli 2011
oleh
Kang Jaka, Kang Mamat, Cak Bangkit Danu, dkk
(Pagar Nusa Peguron Sapujagad)
Pagar Nusa Peguron Sapujagad
(Ki Cokro ST)
Jln Ry Condet No.05
Cadnas Rindam Jaya
Ps Rebo Jakarta Timur
08159852189
Jln Ry Condet No.05
Cadnas Rindam Jaya
Ps Rebo Jakarta Timur
08159852189
Atraksi Telepati Pagar Nusa (Ki Cokro ST)
Atraksi Pagar Nusa dalam ta'aruf pengurus baru hasil reshufle Pimpinan
Pusat Pagar Nusa bulan Oktober 2011, atraksi oleh Pagar Nusa Peguron
Sapuagad dan Ki Cokro ST
Pagar Nusa Peguron Sapujagad
(Ki Cokro ST)
Jln Ry Condet No.05
Cadnas Rindam Jaya
Ps Rebo Jakarta Timur
08159852189
Jln Ry Condet No.05
Cadnas Rindam Jaya
Ps Rebo Jakarta Timur
08159852189
Sejarah Pagar Nusa (Ki Cokro ST)
Acara televisi/tv mengupas tentang Pencak Silat Pagar Nusa, mulai dari sejarah
pembentukan, perjalanan sampai aktifitas terkini. Video tv ini
didalamnya banyak menunjukkan atraksi silat dan unjuk kebolehan para
pendekar Pagar Nusa, terutama dari Peguron Sapujagad seperti Gus
Mutachir, Ki Cokro ST, Gus Dimas Pamungkas, Abi Ma'ruf, Kang Soemarno, Kang Arya, Kang Jaka,
Kang
Wahyu, Kang Sugeng Londo, Kang Mamat, Cak Bangkit Danu, dkk.
Pagar Nusa Peguron Sapujagad
Pagar Nusa Peguron Sapujagad
(Ki Cokro ST)
Jln Ry Condet No.05
Cadnas Rindam Jaya
Ps Rebo Jakarta Timur
08159852189
Jln Ry Condet No.05
Cadnas Rindam Jaya
Ps Rebo Jakarta Timur
08159852189
Kharisma Gus Maksum Masih Terasa
Melihat Lebih Dekat Haul ke-3 Gus Maksum Lirboyo, Kediri
Agustus 10, 2006 -
Posted by posmo |
Laporan Khusus
Kharisma
Gus Maksum masih dirasakan oleh banyak orang, terutama warga Kediri,
Jawa Timur, terkhusus aggota perguruan Pagar Nusa. Meski almarhum sudah
pergi menghadapIlahi tiga tahun silam, namun tak membuat para santrinya
merasa kehilangan panutan. Kini Kyai yang dikenal punya banyak ilmu
kejadugan (kanoragan, Red) itu terasa hadir dalam banyak kerumunan orang
yang sengaja datang untuk memperingati acara haul ketiganya.
Pagi itu
suasana pondok pesantren Salafiyah Lirboyo Kediri - salah satu pondok
pesantren tertua di Indonesia-ramai dengan orang yang mondar mandir
sambil menenteng karpet panjang. Karpet itu dibentangkan di halaman
pondok pesantren. Sebagian
lainnya, sibuk mendirikan terop besar yang dipasang di depan rumah
almarhum K.H. Maksum, dilengkapi dengan panggung bertuliskan “peringatan
maulid dan haul ke 3 K.H. Maksum Lirboyo Kediri”. Sesaat
kemudian pondok pesantren Lirboyo didatangi ribuan orang dengan memakai
kopiah dan sarung, layaknya santri. Kemudian mereka memadati halaman
pondok pesantren, seraya duduk bersila dikarpet yang sudah disediakan.
Orang-orang ini sengaja hadir dari berbagai penjuru nusantara seperti
Sumatra, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sendiri, untuk memperingati
haul ketiga K.H. Maksum. Menurut
Imam Syamsuddin sekretaris Pagar Nusa kota Kediri mengatakan, undangan
yang hadir pada acara haul Gus Maksum panggilan akrab K.H. Maksum
diperkirakan kurang lebih 10.000 orang, dan haul ini adalah yang
terbesar dibandingkan haul sebelumnya.Dalam
haul kali ini, juga hadir sejumlah paranormal kondang asal ibu kota
yang juga pernah menjadi santri Gus Maksum. Di antaranya, Ustad Aziz
Hidayatullah (pimpinan pondok pesantren Busatanul Hidayah Tegal Jawa
Tengah), Gus Ulin Nuha Azka (Pimpinan Dzikir Sunan Kalijaga Demak), Ki
Cokro (Spiritualis asal Jombang), Habib Munzir bin Fuad al-Musawa
(Pimpinan Majelis Shalawat Rasulullah Saw Jakarta), Prof. K.H.
Suharbillah (Ketua Pejabat Sementara Pagar Nusa Pusat) dan beberapa Kyai
dan ulama yang berkumpul di rumah kediaman Gus Maksum.Setelah
semua undangan berkumpul, acara haul dibuka dengan bacaan basmalah,
lalu dilanjutkan dengan acara-acara seremonial seperti pembacaan
ayat-ayat suci al-Quran dan sambutan dari keluarga almarhum dan juga
tahlilan untuk mendoakan arwah Gus Maksum. Tak hanya itu, Gus Zainal
Abidin selaku Sahibul hajat sengaja mendatangkan penceramah dari
Jakarta, yakni Habib Munzir bin Fuad al-Musawa. Dalam
ceramahnya, Habib asal ibu kota itu mengingatkan kembali perjuangan Gus
Maksum semasa hidupnya. Seperti Keikhlasan yang selalu menyertai sikap
Gus Maksum dalam membantu sesama umat manusia, dan demi negara
khususnya. Juga sosok Kharisma yang dimiliki Gus Maksum, sehingga banyak
orang ingin menjadi santrinya. Lebih
lanjut ia menjelaskan, bahwa Gus Maksum adalah Waliyullah yang
diberikan banyak ilmu kejadugan dan ketakwaan yang tinggi. Dalam waktu
beberapa jam, kemudian acara dilanjutkan oleh hiburan berupa musik
shalawat yang sengaja didatangkan dari Ibu Kota Jakarta, yakni kelompok
Shalawat Majelis Rasulullah Saw pimpinan Habib Munzir bin Fuad
al-Musawa. Karena menurut Gus Abidin panggilan Gus Zainal Abidin,
kelompok Shalawat ini ada kesamaan kultur dengan warga NU khususnya Gus
Maksum.
Untuk
menyudahi serangkaian acara yang dilaksanakan dalam haul ketiga Gus
Maksum, pihak panitia memberikan suguhan kepada para undangan berupa
1000 nampan yang berisi nasi kuning dan lauk pauk ala pesantren. Nasi
kuning dibagikan kepada undangan dan disantap secara berkelompok-seperti
kebiasaan para santri ketika makan bersama-dalam tiap kelompok terdapat
lebih dari tiga orang. Mereka ramai-ramai menyantap nasi kuning dengan
penuh kesederhanaan. Gus
Abidin mengatakan, “kebiasaan menyantap nasi kuning dinampan dengan
cara bergerombol, menunjukkan akan kesederhanaan Gus Maksum semasa
hidupnya, dan tidak lebih dari itu,” ujarnya. Setelah
acara makan-makan selesai, pihak panitia menyudahi acara dengan
pertunjukan tarung bebas yang dipertontonkan oleh para anggota perguruan
Pagar Nusa dari berbagai wilayah. Warisan Gus Maksum Pagar
nusa adalah kelompok seni bela diri yang didirikan oleh Gus Maksum di
pondok pesantren Lirboyo Kediri, dibawah naungan Nahdatul Ulama dengan
mewadahi beberapa pencak silat di bebargai daerah di Indonesia. Pagar
Nusa kini sudah dikenal banyak orang dengan anggotanya yang mencapai
puluhan ribu orang, khususnya warga NU. Berkat
jasa-jasa Gus Maksum selaku pendiri dan juga ketua umum yang disandang
sampai akhir hayatnya. Maka tak ayal jika pagar nusa diindetikkan dengan
Gus Maksum sebagai ikon kelompok pencak silat milik NU itu. Untuk
melestarikan seni bela diri ini, Gus Maksum selalu mengadakan
pertunjukan berupa tarung bebas, yakni pertarungan antara dua pendekar
pagar nusa yang saling berduel satu lawan satu dengan tangan kosong.
Meski ditinggal sang maestro, kini pagar Nusa selalu melestarikan
tradisi tarung bebas itu. Hal ini bisa dilihat ketika acara haul Gus
Maksum ke tiga di Lirboyo Kediri Minggu (6/8) yang lalu. Pertunjukan
tarung bebas ini pun mendapat antusias dari para undangan dan santri
yang hadir. Mereka bersorak-sorai sambil sesekali bertepuk tangan,
ketika para pendekar–sebutan bagi anggota pagar nusa-saling menjatuhkan,
bahkan tak jarang di antara para pendekar harus berdarah-darah dan
patah tulang seperti yang terjadi pada haul ketiga Gus maksum beberapa
hari lalu. Dengan
diiringi tabuhan hadrah dan shalawat nabi, acara tarung bebas pun
semakin terasa hikmatnya. Kini pagar nusa telah kehilangan ikonnya yang
selama ini dijadikan panutan dan tempat bersandar. Akankah sosok Gus
Maksum tergantikan dengan generasi selanjutnya ?
Gus
Maksum dikenal sebagai sosok yang jujur dan punya rasa keikhlasan
tinggi. Ciri khasnya, Gus yang identik dengan rambut panjang itu,
mempunyai banyak ilmu kejadugan. Konon, rambutnya bisa berubah menjadi
api dan tak bisa dipotong, sehingga dikenal si rambut api.Kini
Gus Maksum hanya tinggal kenangan dan petuah-petuahnya yang sering
disampaikan pada keluarganya, yakni Gus Abidin salah satu keponakan yang
dianggap sebagai penerus perjuangan Gus Maksum. Ketika sedang
menghadapi beberapa wartawan, termasuk Posmo, Gus Abidin begitu
bersahaja dengan sikap ketawaduan dan kata-katanya yang lembut, kemudian
Gus yang masih muda ini menjelaskan maksud dari pelaksanaan Haul Ke
tiga Gus Maksum. Bahwa peringatan ini semata-mata untuk mengenang
perjuangan Gus Maksum semasa hidup, dan melestarikan rasa kejamaiyahan
yang selalu didengungkan oleh Gus Maksum pada santrinya.Selain
itu, juga menumbuhkan sikap sportifitas seperti yang ditujukkan para
pendekar pagar nusa dalam tarung bebas. Karena dengan tradisi seperti
ini, akan menumbuhkan sikap percaya diri bagi setiap orang, dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Harapan Gus
Abidin, semoga haul ke empat yang akan dilaksanakan tahun depan, lebih
besar dan lebih hikmat, sehingga setiap orang akan terus mengenang sosok
Gus Maksum yang bersahaja itu. Amin!
Pendekar Pagar Nusa Peragakan Atraksi Kebal Bacok di Lirboyo
Senin, 19/08/2013 12:49:12 | Shodiq Ramadhan
Kediri (SI Online) - Para pendekar
perguruan silat Pagar Nusa, organisasi sayap Nahdhatul Ulama,
memperagakan atraksi jurus silat dan atraksi kekebalan di Aula Al
Muktamar Ponpes Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (19/8/2013).
Seperti dilaporkan Tribunnews.com, atraksi kekebalan ini dilakukan para pendekar dari Pagar Nusa Kota Pasuruan. Seorang pendekar yang membawa padang membacok pendekar lainnya. Hebatnya, sabetan pedang itu ternyata tidak melukai tubuh pendekar.
Aplaus pengunjung memeriahkan atraksi kekebalan pendekar Pagar Nusa. Sebelumnya para pendekar anak-anak juga memperagakan jurus-jurus kembangan Pagar Nusa. Para pendekar yang tampil merupakan juara lomba pencak silat.
Atraksi jurus silat dan kebal bacok ini diperagakan dalam rangka kampanye Cawagub Saifullah Yusuf di Ponpes Lirboyo, Kediri. Kampanye Gus Ipul dikemas dalam acara halal bihalal dan rapat akbar Pencak Silat Pagar Nusa se-Jatim.
Hadir dalam acara yang diawali dengan acara istiqosah tersebut, Pengasuh Ponpes Lirboyo KH Idris Marzuki, KH Anwar Iskandar, dan para kiai dan ulama di Kediri, serta 500 orang pendekat Pagar Nusa se-Jatim.
red: shodiq ramadhan
Seperti dilaporkan Tribunnews.com, atraksi kekebalan ini dilakukan para pendekar dari Pagar Nusa Kota Pasuruan. Seorang pendekar yang membawa padang membacok pendekar lainnya. Hebatnya, sabetan pedang itu ternyata tidak melukai tubuh pendekar.
Aplaus pengunjung memeriahkan atraksi kekebalan pendekar Pagar Nusa. Sebelumnya para pendekar anak-anak juga memperagakan jurus-jurus kembangan Pagar Nusa. Para pendekar yang tampil merupakan juara lomba pencak silat.
Atraksi jurus silat dan kebal bacok ini diperagakan dalam rangka kampanye Cawagub Saifullah Yusuf di Ponpes Lirboyo, Kediri. Kampanye Gus Ipul dikemas dalam acara halal bihalal dan rapat akbar Pencak Silat Pagar Nusa se-Jatim.
Hadir dalam acara yang diawali dengan acara istiqosah tersebut, Pengasuh Ponpes Lirboyo KH Idris Marzuki, KH Anwar Iskandar, dan para kiai dan ulama di Kediri, serta 500 orang pendekat Pagar Nusa se-Jatim.
red: shodiq ramadhan
Ketua Pagar Nusa Tanjungsari Berharap Tidak Ada Gejolak NU dan HTI
Ketua
Pagar Nusa Tanjungsari menyatakan bahwa spanduk Pagar Nusa Tanjungsari
yang berisi dukungan untuk tegaknya Khilafah dalam Muktamar Khilafah
memang asli buatannya. “Bukan bentuk tindakan pemalsuan oleh HTI serta bukan pula bentuk
generalisasi sikap untuk Pagar Nusa secara keseluruhan,” sanggah Asep
Wahyu, Ketua Pagar Nusa Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa
Barat kepada mediaumat.com, Senin (10/6) melalui telepon.
Menurutnya, spanduk yang berlogo “Pagar Nusa” dan tulisan “Cadu
Mundur Pantang Mulang, Pagar Nusa Wilayah Tanjung Sari Sumedang, Siap
Mengawal Tegaknya Syariah dan Khilafah” merupakan spanduk buatannya.
“Bahwa spanduk yang kami buat dan kami pasang dalam acara Muktamar
Khilafah HTI, adalah benar-benar mewakili aspirasi kami,” ungkapnya.
Asep Wahyu mengaku, dirinya beserta 25 anggota Pagar Nusa Tanjungsari
dengan ikhlas dan sukarela mengikuti Muktamar Khilafah HTI di Gelora
Bung Karno, pada Ahad, 2 Juni 2013 sebagai bukti dukungan terhadap
kewajiban perjuangan menegakkan Syariah dan Khilafah.
Terkait kehadiran Pagar Nusa Tanjungsari pada muktamar tersebut juga
atas sepengetahuan dan terlebih dahulu berkoordinasi dengan pengurus
Pagar Nusa Kabupaten Sumedang dan Jawa Barat.
“Teu kunanaon da sarua Islam keneh (tidak apa-apa, karena
sama-sama Islam,red)” ungkap Asep Wahyu menirukan jawaban wakil
sekretaris Pagar Nusa Jawa Barat, ketika dirinya meminta izin untuk ikut
Muktamar Khilafah dengan atribut Pagar Nusa.
Asep Wahyu juga menginginkan setelah pemberitaan ini, tidak ada gejolak antara NU dan HTI. “Ulah aya gejolak nu teu pararuguh (Jangan ada gejolak yang tidak berguna, red),” pungkasnya.
Sebelumnya, salah satu situs mengunggah berita dengan judul NU Kecam Spanduk Palsu Pagar Nusa di Muktamar Khilafah HTI (Jum’at, 7/6) dan Pemalsuan Spanduk Pagar Nusa, Ketua Umum Pagar Nusa: HTI Harus Sadar Diri (Sabtu, 8/6). (Mediaumat.com, 10/6/2013)
Pagar Nusa Berharap Bupati Baru Rangkul Semua Elemen
Rabu, 25 September 2013 11:04:20
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Dilantiknya Bupati Nyono Suharli dan Wabup Mundjidah Wahab kemarin, mendapat apresisasi positif dari sejumlah elemen, salah satunya adalah IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama) Pagar Nusa Kecamatan Gudo Jombang. Mereka berharap, kepemimpinan Nyono bisa merangkul semua kelompok. Dengan begitu, kondisi Kabupaten Jombang tetap kondusif.
"Jombang sudah resmi memiliki pemimpin baru, yakni Pak Nyono dan Bu Mundjidah hingga lima tahun ke depan. Mari kita jaga bersama agar kota ini tetap aman dan kondusif, tetap terjalin baik hubungan semua golongan, tanpa membedakan atribut," kata Ketua IPSNU Pagar Nusa Kecamatan Gudo, Dimas Cokro Pamungkas (Gus Dimas), Rabu (25/9/2013).
Gus Dimas menjelaskan, jajaran IPSNU Pagar Nusa juga hadir dalam pelantikan bupati baru yang dipimpin Gubernur Jatim Soekarwo di pendapa pemkab setempat. Ia melihat, antusiasme masyarakat cukup tinggi untuk mnenyaksikan prosesi tersebut.
"Jika melihat antusias masyarakat yang cukup tinggi, mereka sangat puas. Maklum saja, masyarakat mempunyaai pemimpin baru yang amanah. Semoga pemimpin baru ini mampu menjalankan program kerja yang sudah direncanakan," tambahnya.
Khusus untuk pencak silat, Gus Dimas berharap duet Nyono - Mumdjidah semakin memperhatikan potensi seni beladiri di Kota Santri. Dengan bagitu akan lahir bibit-bibit pesilat yang mumpuni dari Jombang. "Jika pembinaan dilakukan secara serius, maka tidak menutup kemungkinan pesilat Jombang akan berkibar di tingkat nasional," pungkas warga Kecamatan Gudo, ini.
Seperti diketahui, Gubernur Jatim Soekarwo melantik Nyono Suharli - Mundjidah Wahab sebagai Bupati dan Wabup Jombang periode 2013 - 2018, Selasa (24/9/2013) kemarin. Pelantikan yang digelar di pendapa pemkab itu dihadiri ribuan undangan. Mulaiu dari pejabat hingga masyarakat biasa.
Pasangan Nyono - Mundjidah berhasil menjadi pemenang dalam pemilukada
Jombang yang digelar 5 Juni 2013 lalu. Pasangan dengan nomor urut tiga (3) ini menyisihkan dua pasangan kandidat lainnya, yakni Munir Alfanani - Wiwik Nuriati (MUKTI) yang diusung PKB-PKPI, dan Widjono Separno - Sumrambah (WIRA) diusung PDI Perjuangan.
Hasil rekapitulasi KPU Jombang menyebutkan, pasangan MUKTI dengan nomor urut satu (1) memperoleh 38.039 suara atau 5,64 persen. Kemudian pasangan WIRA dengan nomor urut dua (2) meraup 234.819 suara atau 34,82 persen, sedangkan pasangan Nyono – Munjidah mendapatkan 401.576 suara atau 59,54 persen. Secara otomatis, pasangan yang diusung Partai Golkar, PPP, PKS, Partai Demokrat, serta Partai Gerindra ini ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU Jombang.
Jumlah Daftar pemilih Tetap (DPT) di Jombang sendiri sebanyak 998.463 orang. Dari jumlah DPT tersebut, terdapat 674.434 suara sah, kemudian 27.307 suara tidak sah. Sehingga total jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya sebanyak 701.741 pemilih. Dengan kata lain, jumlah golput sebesar 29,7 persen. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Dilantiknya Bupati Nyono Suharli dan Wabup Mundjidah Wahab kemarin, mendapat apresisasi positif dari sejumlah elemen, salah satunya adalah IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama) Pagar Nusa Kecamatan Gudo Jombang. Mereka berharap, kepemimpinan Nyono bisa merangkul semua kelompok. Dengan begitu, kondisi Kabupaten Jombang tetap kondusif.
"Jombang sudah resmi memiliki pemimpin baru, yakni Pak Nyono dan Bu Mundjidah hingga lima tahun ke depan. Mari kita jaga bersama agar kota ini tetap aman dan kondusif, tetap terjalin baik hubungan semua golongan, tanpa membedakan atribut," kata Ketua IPSNU Pagar Nusa Kecamatan Gudo, Dimas Cokro Pamungkas (Gus Dimas), Rabu (25/9/2013).
Gus Dimas menjelaskan, jajaran IPSNU Pagar Nusa juga hadir dalam pelantikan bupati baru yang dipimpin Gubernur Jatim Soekarwo di pendapa pemkab setempat. Ia melihat, antusiasme masyarakat cukup tinggi untuk mnenyaksikan prosesi tersebut.
"Jika melihat antusias masyarakat yang cukup tinggi, mereka sangat puas. Maklum saja, masyarakat mempunyaai pemimpin baru yang amanah. Semoga pemimpin baru ini mampu menjalankan program kerja yang sudah direncanakan," tambahnya.
Khusus untuk pencak silat, Gus Dimas berharap duet Nyono - Mumdjidah semakin memperhatikan potensi seni beladiri di Kota Santri. Dengan bagitu akan lahir bibit-bibit pesilat yang mumpuni dari Jombang. "Jika pembinaan dilakukan secara serius, maka tidak menutup kemungkinan pesilat Jombang akan berkibar di tingkat nasional," pungkas warga Kecamatan Gudo, ini.
Seperti diketahui, Gubernur Jatim Soekarwo melantik Nyono Suharli - Mundjidah Wahab sebagai Bupati dan Wabup Jombang periode 2013 - 2018, Selasa (24/9/2013) kemarin. Pelantikan yang digelar di pendapa pemkab itu dihadiri ribuan undangan. Mulaiu dari pejabat hingga masyarakat biasa.
Pasangan Nyono - Mundjidah berhasil menjadi pemenang dalam pemilukada
Jombang yang digelar 5 Juni 2013 lalu. Pasangan dengan nomor urut tiga (3) ini menyisihkan dua pasangan kandidat lainnya, yakni Munir Alfanani - Wiwik Nuriati (MUKTI) yang diusung PKB-PKPI, dan Widjono Separno - Sumrambah (WIRA) diusung PDI Perjuangan.
Hasil rekapitulasi KPU Jombang menyebutkan, pasangan MUKTI dengan nomor urut satu (1) memperoleh 38.039 suara atau 5,64 persen. Kemudian pasangan WIRA dengan nomor urut dua (2) meraup 234.819 suara atau 34,82 persen, sedangkan pasangan Nyono – Munjidah mendapatkan 401.576 suara atau 59,54 persen. Secara otomatis, pasangan yang diusung Partai Golkar, PPP, PKS, Partai Demokrat, serta Partai Gerindra ini ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU Jombang.
Jumlah Daftar pemilih Tetap (DPT) di Jombang sendiri sebanyak 998.463 orang. Dari jumlah DPT tersebut, terdapat 674.434 suara sah, kemudian 27.307 suara tidak sah. Sehingga total jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya sebanyak 701.741 pemilih. Dengan kata lain, jumlah golput sebesar 29,7 persen. [suf/kun]
Pagar Nusa, mulai redup setelah Gus Maksum meninggal dunia
Reporter : Anwar Khumaini | Minggu, 25 Agustus 2013 14:02
Berita Terkait
Tak cuma menjamur di masyarakat, olah raga pencak silat juga dimiliki oleh organisasi massa, termasuk ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki organisasi pencak silat bernama Pagar Nusa. Anggotanya kebanyakan adalah para santri yang sedang nyantri di pesantren, dan para siswa madrasah yang berada di lingkungan pesantren, atau pun masyarakat luas yang tinggal di sekitar pesantren.
Nama lengkap organisasi yang menaungi Pagar Nusa adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa atau disingkat IPSNU Pagar Nusa. Sedangkan Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa.
IPSNU Pagar Nusa merupakan satu-satunya wadah yang sah bagi organisasi pancak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama berdasarkan keputusan Muktamar NU. Organisasi ini berstatus sebagai lembaga otonom NU yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga-lembaga NU lainnya.
Didirikan pada tanggal 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jatim, Pagar Nusa pertama kali diketuai oleh KH Maksum Jauhari, atau lebih dikenal dengan Gus Maksum. Dipilihnya Gus Maksum sebagai Ketua Umum Pagar Nusa ini atas kesepakatan para kiai.
Gus Maksum memang terkenal di dunia persilatan. Sebagai seorang kiai di Pesantren Lirboyo, Kediri, Gus Maksum berperilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak.
Semasa hidup, Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias ngerowot. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak umum.
Sebagai jenderal utama 'pagar NU dan pagar bangsa' (Pagar Nusa) Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif.
Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.
Saat ini, cucu pendiri Nahdatul Ulama (NU) KH Hasyim Asary, Aizzudin Abdurrahman, terpilih sebagai Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017 dalam kongres di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (11/7/2012).
Pagar Nusa mengalami masa kejayaan pada tahun 90-an. Saat ramai-ramai terjadi isu santet di Jawa Timur, dan akhirnya menjadi isu nasional jelang reformasi 98 silam, banyak orang yang belajar silat dan ilmu-ilmu kekebalan di Pagar Nusa. Orang-orang banyak yang ingin menjaga diri dengan ilmu kanuragan, untuk jaga-jaga menghadapi situasi keamanan nasional yang saat itu tidak stabil lantaran ramainya isu santet.
Setelah ditinggal mati oleh Gus Maksum, Pagar Nusa tidak semoncer seperti pada masa-masa awal terbentuknya. Terutama saat kondisi keamanan nasional semakin membaik. Namun demikian bukan berarti Pagar Nusa tidak berkembang. Sebagai organisasi di bawah NU, Pagar Nusa masih menjalankan agenda-agenda organisasi, dan menjadi garda depan Nahdlatul Ulama dalam kegiatan-kegiatan yang membutuhkan pengamanan.
[ded]
Masuk Islam Gara-gara Silat
Abdul Latef Ibrahim Pahami Islam dari Jurus Silat
Minggu, 17 November 2013, 21:58 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Abdul Latef Ibrahim menganut agama Kristen.
Namun, ia lebih tertarik pada mencari spiritualitas diluar agama. "Bagi
saya, Kristen tidak relevan dengan zaman. Itu sulit bagi saya untuk
menemukan sesuatu di dalamnya yang bisa saya terapkan dalam kehidupan
sehari-hari," kata dia seperti dikutip onislam.net, Ahad (17/11).
Ibrahim waktu itu menghindari segala hal yang berbau agama. Ini karena ia percaya semua agama itu sama, atau setidaknya mirip dalam hal kurangnya relevansi dan kegunaan. Ia menyadari banyak penganut agama non-Islam, yang frustasi lantaran minimnya pengetahuan dan bimbingan terhadap sifat-sifat Allah.
"Saya merasa aneh ketika harus berkomunikasi dengan seorang manusia di satu sisi, dan Tuhan di sisi lain," kata dia.
Bagi Ibrahim itu menyulitkannya untuk memahami apa hubungan manusia dengan Tuhan. Apakah serumit itu sehingga manusia tidak bisa berdoa secara langsung kepada Tuhan. Atau mengapa harus ada kalimat tertentu sebelum mengakhiri doa.
"Jujur, saya merasa lapar dengan pendekatan yang lebih mudah. Satu agama yang memberikan saya bimbingan yang benar bukan hanya dogma yang gugur dengan akal pikiran," kata dia.
Selama menjalani kuliah pascasarjana, Ibrahim memiliki teman seorang Yahudi. Ia merupakan atlet bela diri. Kebetulan, mereka teman sekamar. Temannya itu mempelajari silat, seni bela diri Melayu. "Ia selalu menyebut istilah spiritual, yang membuat saya tertarik. Inilah awal saya mendalami silat," kenangnya.
Pertama kali berlatih, ia bertemu seorang guru silat bernama Sulaima. Melalui dia, Ibrahim untuk kali pertama tahu tentang ajaran Islam. Dari pengalaman pertama, Ibrahim begitu terkesan dengan konsep ajaran Islam. Ini yang kemudian menjadi bahan diskusi bersama teman-temannya.
"Selama itu, saya berada dalam lingkungan Islami. Saya menemukan konsep integrasi antara agama dan rutinitas sehari-hari. Hal yang tidak pernah saya temukan dalam agama saya," kata dia.
Seiring perjalanan waktu, ketertarikan Ibrahim terhadap Islam semakin membesar. Perlahan tapi pasti, Ibrahim mulai menyadari bahwa Islam merupakan panduan hidup yang lengkap.
Ibrahim waktu itu menghindari segala hal yang berbau agama. Ini karena ia percaya semua agama itu sama, atau setidaknya mirip dalam hal kurangnya relevansi dan kegunaan. Ia menyadari banyak penganut agama non-Islam, yang frustasi lantaran minimnya pengetahuan dan bimbingan terhadap sifat-sifat Allah.
"Saya merasa aneh ketika harus berkomunikasi dengan seorang manusia di satu sisi, dan Tuhan di sisi lain," kata dia.
Bagi Ibrahim itu menyulitkannya untuk memahami apa hubungan manusia dengan Tuhan. Apakah serumit itu sehingga manusia tidak bisa berdoa secara langsung kepada Tuhan. Atau mengapa harus ada kalimat tertentu sebelum mengakhiri doa.
"Jujur, saya merasa lapar dengan pendekatan yang lebih mudah. Satu agama yang memberikan saya bimbingan yang benar bukan hanya dogma yang gugur dengan akal pikiran," kata dia.
Selama menjalani kuliah pascasarjana, Ibrahim memiliki teman seorang Yahudi. Ia merupakan atlet bela diri. Kebetulan, mereka teman sekamar. Temannya itu mempelajari silat, seni bela diri Melayu. "Ia selalu menyebut istilah spiritual, yang membuat saya tertarik. Inilah awal saya mendalami silat," kenangnya.
Pertama kali berlatih, ia bertemu seorang guru silat bernama Sulaima. Melalui dia, Ibrahim untuk kali pertama tahu tentang ajaran Islam. Dari pengalaman pertama, Ibrahim begitu terkesan dengan konsep ajaran Islam. Ini yang kemudian menjadi bahan diskusi bersama teman-temannya.
"Selama itu, saya berada dalam lingkungan Islami. Saya menemukan konsep integrasi antara agama dan rutinitas sehari-hari. Hal yang tidak pernah saya temukan dalam agama saya," kata dia.
Seiring perjalanan waktu, ketertarikan Ibrahim terhadap Islam semakin membesar. Perlahan tapi pasti, Ibrahim mulai menyadari bahwa Islam merupakan panduan hidup yang lengkap.
Pada 30 Juli 1999, Ibrahim memutuskan menjadi Muslim. Sebelum
keputusan ini, ada dua hal yang menjadi pertimbangannya. Pertama, budaya
Barat yang begitu tertanam dalam dirinya, apakah bisa beradaptasi
dengan ajaran Islam.
Di Amerika, kebahagiaan didefinisikan oleh apa yang kita miliki dan
mengkonsumsi, dengan demikian, seluruh kebudayaan diarahkan pasar.
Kedua, menjadi seorang ilmuwan sosial ia berkeinginan menghilangkan
penyakit sosial. Pertanyaannya, apakah Islam bisa menyembuhkan perilaku
sosial yang tidak sehat.
"Setelah saya pikirkan relevansinya, saya memutuskan Islam begitu relevan dengan kehidupan saya. Saya jadi paham mengapa agama ini berbeda dengan agama lainnya," kata dia.
Setelah keputusan itu, seperti halnya mualaf lainnya, Ibrahim dihadapkan dalam satu situasi dimana ia menghadapi penolakan dari keluarga dan lingkungnya. Keluarga Ibrahim memandang keputusannya dengan lebih kepada khawatir adanya gap budaya yang berdampak pada perbedaan.
"Saya selalu katakan kepada mereka, menjadi Muslim itu bukanlah hal negatif," kata dia.
Ibrahmi mengungkap Allah SWT telah menyiapkan umatnya Alquran dan Hadist, kedua pedoman dalam menjalani kehidupan. Ini termasuk ketika menghadapi penolakan dalam keluarga.
"Anda tahu, hari ini, banyak pertanyaan yang menyudutkan Islam. Saya tahu mengapa begitu banyak orang takut, padahal hidup sangat menakutkan tanpa Allah," kata dia.
"Sekarang, saya tahu mengapa saya di sini, di mana saya ingin pergi, apa yang saya inginkan dalam hidup saya," tambahnya.
"Setelah saya pikirkan relevansinya, saya memutuskan Islam begitu relevan dengan kehidupan saya. Saya jadi paham mengapa agama ini berbeda dengan agama lainnya," kata dia.
Setelah keputusan itu, seperti halnya mualaf lainnya, Ibrahim dihadapkan dalam satu situasi dimana ia menghadapi penolakan dari keluarga dan lingkungnya. Keluarga Ibrahim memandang keputusannya dengan lebih kepada khawatir adanya gap budaya yang berdampak pada perbedaan.
"Saya selalu katakan kepada mereka, menjadi Muslim itu bukanlah hal negatif," kata dia.
Ibrahmi mengungkap Allah SWT telah menyiapkan umatnya Alquran dan Hadist, kedua pedoman dalam menjalani kehidupan. Ini termasuk ketika menghadapi penolakan dalam keluarga.
"Anda tahu, hari ini, banyak pertanyaan yang menyudutkan Islam. Saya tahu mengapa begitu banyak orang takut, padahal hidup sangat menakutkan tanpa Allah," kata dia.
"Sekarang, saya tahu mengapa saya di sini, di mana saya ingin pergi, apa yang saya inginkan dalam hidup saya," tambahnya.
Pagar Nusa Jombang Ingin Gita Belajar dan Teladani Gus Dur
Selasa, 19 November 2013 08:23
AyoGitaBisa.com - Pengurus Pagar Nusa Jombang, Gus Dimas Cokro
Pamungkas mengaku menyambut positif niat Menteri Perdagangan, Gita
Wirjawan yang ingin berziarah ke makam Gus Dur di Tebu Ireng, Jombang.
Bahkan, kalau ada kesempatan ia ingin menyambut dan menyertainya dalam
ziarah tersebut.
Niat Gita Wirjawan tersebut menurut Gus Dimas, bisa jadi pertanda bahwa Gita Wirjawan dan Gus Dur mempunyai pandangan yang tak jauh beda mengenai bagaimana membangun negeri ini. Bisa pula maknanya, Gita Wirjawan ingin belajar lebih jauh mengenai ajaran Gus Dur dan mengenal lingkungan pondok pesantren di Tebu Ireng yang dikenal dengan pluralismenya.
Pak Gita Wirjawan secara sepintas yang saya lihat melalui televisi dan komentar-komentar di media massa merupakan sosok yang simpatik. Tidak mengebu-gebu dan kelihatan orangnya sangat hati-hati dalam melakukan sesuatu, ucap Gus Dimas.
Mudah-mudahan, kehati-hatiannya ini bukan sifatnya penakut, namun lebih disebabkan oleh berbagai pertimbangan. Menurut Gus Dimas, Jombang adalah kota yang sangat menjujung tinggi dalam perbedaan. Orang-orang berbeda agama, bisa hidup rukun dan saling berdampingan di daerah Kecamatan Mojowarno, yang terkenal dengan sebuah bangunan gereja tua peninggalan Belandanya.
Di kota ini pula, paling tidak ada beberapa aliran dalam Islam, yang mempunyai pondok pesantren dan Universitas cukup besar, namun belum pernah terjadi benturan yang mengkhawatirkan.
Jadi saat Gus Dur mengajarkan tentang pluralisme di Indonesia, di Jombang sendiri praktek seperti itu sudah dilakukan sejak dulu. Selain Gus Dur, tokoh-tokoh nasional terkenal yang sangat menjunjung tinggi perbedaan adalah Nurcholis Madjid (alm), Budayawan Emha Ainun Najib, dan tokoh pahlawan yang gigih berjuang dalam melawan penjajah KH Hashim Ashari, pendiri NU dan juga pesantren Tebu Ireng.
Menurut Gus Dimas, dirinya dan juga mungkin kalangan muda yang lain, tentu menginginkan pemimpin negeri ini dari kalangan muda. Tentu bukan sekedar muda, tapi pemimpin muda yang mempunyai kualitas. Karena itu, di waktu yang masih tersisa menjelang pemilu 2014, ia berharap kalangan muda itu bisa menampilkan diri biar lekas dikenal masyarakat luas. Semakin banyak kalangan muda yang tampil di panggung politik tentu semakin memperkaya pilihan masyarakat Indonesia.
Niat Gita Wirjawan tersebut menurut Gus Dimas, bisa jadi pertanda bahwa Gita Wirjawan dan Gus Dur mempunyai pandangan yang tak jauh beda mengenai bagaimana membangun negeri ini. Bisa pula maknanya, Gita Wirjawan ingin belajar lebih jauh mengenai ajaran Gus Dur dan mengenal lingkungan pondok pesantren di Tebu Ireng yang dikenal dengan pluralismenya.
Pak Gita Wirjawan secara sepintas yang saya lihat melalui televisi dan komentar-komentar di media massa merupakan sosok yang simpatik. Tidak mengebu-gebu dan kelihatan orangnya sangat hati-hati dalam melakukan sesuatu, ucap Gus Dimas.
Mudah-mudahan, kehati-hatiannya ini bukan sifatnya penakut, namun lebih disebabkan oleh berbagai pertimbangan. Menurut Gus Dimas, Jombang adalah kota yang sangat menjujung tinggi dalam perbedaan. Orang-orang berbeda agama, bisa hidup rukun dan saling berdampingan di daerah Kecamatan Mojowarno, yang terkenal dengan sebuah bangunan gereja tua peninggalan Belandanya.
Di kota ini pula, paling tidak ada beberapa aliran dalam Islam, yang mempunyai pondok pesantren dan Universitas cukup besar, namun belum pernah terjadi benturan yang mengkhawatirkan.
Jadi saat Gus Dur mengajarkan tentang pluralisme di Indonesia, di Jombang sendiri praktek seperti itu sudah dilakukan sejak dulu. Selain Gus Dur, tokoh-tokoh nasional terkenal yang sangat menjunjung tinggi perbedaan adalah Nurcholis Madjid (alm), Budayawan Emha Ainun Najib, dan tokoh pahlawan yang gigih berjuang dalam melawan penjajah KH Hashim Ashari, pendiri NU dan juga pesantren Tebu Ireng.
Menurut Gus Dimas, dirinya dan juga mungkin kalangan muda yang lain, tentu menginginkan pemimpin negeri ini dari kalangan muda. Tentu bukan sekedar muda, tapi pemimpin muda yang mempunyai kualitas. Karena itu, di waktu yang masih tersisa menjelang pemilu 2014, ia berharap kalangan muda itu bisa menampilkan diri biar lekas dikenal masyarakat luas. Semakin banyak kalangan muda yang tampil di panggung politik tentu semakin memperkaya pilihan masyarakat Indonesia.
[asa]
Langganan:
Postingan (Atom)