Kebijakan Saudi Buat Biaya Haji dan Umroh Naik


Link Berita:

Kebijakan Saudi Buat Biaya Haji dan Umroh Naik
Sabtu, 27 Agustus 2016 10:53 WIB

Jakarta, HanTer - Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Ustadz Dimas Cokro Pamungkas mengatakan, peraturan baru Pemerintah Arab Saudi untuk visa sekali masuk kepada semua pengunjung kecuali jamaah baru, yang belum pernah menunaikan ibadah haji atau umrah akan sangat berpengaruh bagi tata kelola haji dan umroh di Indonesia. Akibatnya, perusahaan travel pasti akan menaikkan biaya umroh atau haji kepada jamaah yang sudah pernah melaksanakan ibadah umroh.

Dimas menilai peraturan visa baru yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi merupakan efek dari menurunnya harga minyak. Oleh karenanya Arab Saudi berusaha memperkokoh pondasi perekonomiannya lewat jalur non migas, seperti dibidang haji dan umroh. Apalagi saat ini pemerintah Arab Saudi juga melakukan pembangunan besar-besaran mereka terhadap sarana dan prasarana pendukung umroh dan haji.

"Kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadap masalah visa dan segala peraturannya karena itu hak mereka yang punya negara. Kita sebagai tamu mau tidak mau mengikuti apa yang jadi peraturan tuan rumah," paparnya.

Hal bijak yang bisa dilakukan terkait kenaikan harga visa tersebut, ujar Dimas, adalah meluruskan niat diri sebagai tamu Allah. Selain itu travel juga harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi para jamaahnya.

"Kita juga harus mengesampingkan segala riya', niat ingin dipuji, dianggap pintar agama, sehingga dengan modal keterbatasan memaksakan naik haji," jelasnya.

Visa Gratis

Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia memutuskan harga baru visa masuk ke negerinya. Visa haji untuk yang pertama kali menunaikan ibadah haji, ditanggung kerajaan alias gratis. Namun bagi warga negara asing yang berhaji untuk kedua kali dan seturusnya, akan dikenakan biaya visa hingga 2.000 Saudi Riyal (SAR).

Keputusan kenaikan harga visa tersebut merupakan hasil sidang Kabinet Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia yang berlangsung Senin (8/8/2016) lalu. Penetapan kenaikan harga baru ini diambil atas rekomendasi Kementerian Keuangan dan Kementerian Ekornomi dan Perencanaan Saudi (Ministry of Finance and the Ministry of Economy and Planning), untuk meningkatkan pendapatan di luar sektor perminyakan.

Keputusan ini dibacakan Pangeran Mohammed bin Naif, di Istana Al-Salam, Jeddah. Dalam keputusan tersebut dirinci antara lain: Biaya visa sekali masuk atau one-time entry visa ditetapkan sebesar 2.000 Saudi Riyal (SAR) atau senilai Rp6.900.000,00.




(Safari)

Jika Membawa Mudharat Maka Harga Rokok Layak Naik



Jika Membawa Mudharat Maka Harga Rokok Layak Naik

Rabu, 24 Agustus 2016 14:05 WIB

Jakarta, HanTer - Wacana kenaikan harga rokok hingga Rp50 ribu/bungkus menjadi perbincangkan di masyarakat. Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), ormas keagamaan terbesar di Indonesia pun ikut bersuara terkait wacana kenaikan harga rokok tersebut. Apalagi kebiasaan merokok banyak dilakukan oleh sejumlah tokoh dan pengurus NU.

"Kalau bicara hukum Islam bab rokok sampai kapanpun tidak akan ada titik kesepakatan, karena ada yang mengharamkan ataupun menghalalkan," kata Dimas Cokro Pamungkas, tokoh muda NU kepada Harian Terbit, Rabu (24/8/2016).

Menurut Dimas, pada dasarnya terdapat nash bersifat umum yang menjadi patokan hukum tentang rokok, yakni larangan melakukan segala sesuatu yang dapat membawa kerusakan, kemudharatan atau kemafsadatan sebagaimana termaktub di dalam QS. Al-Baqarah: 195, dan hadits Nabi SAW. dari Ibnu Majah, No.2331.

"Bertolak dari dua nash itu, ulama sepakat mengenai segala sesuatu yang membawa mudharat adalah haram,' jelas Dimas.

Dimas menuturkan, untuk menentukan rokok haram atau tidak maka jangan menggunakan standard ganda, sebab hukum agama diterapkan saat tidak ada berkepentingan. Sementara saat bertentangan dengan keinginan pura-pura tidak paham maka dikembalikan ke masing-masing pribadi, apakah rokok itu membawa manfaat atau mudharat.

"Dari sisi perpolitikan, saya acungi dua jempol buat pemerintahan Jokowi kalau benar-benar menaikkan harga rokok. Karena dengan menaikan harga rokok bisa memperbaiki bangsa tanpa takut tersandera banyaknya konflik kepentingan," papar Ketua Pagar Nusa Sapujagad Nahdlatul Ulama ini.

Dimas menilai, kebijakan menaikan harga rokok memang tidak populer karena akan mengancam suara pemilu Jokowi yang akan datang. Karena bisa saja para juragan rokok memusuhinya di pilpres nanti. Belum lagi Jokowi akan diserang para pecandu rokok yang begitu besar jumlahnya dan sangat militan, juga serangan atas nama lapangan pekerjaan yang terganggu bagi para buruh rokok.

"Bila memang pemerintah mampu memaksakan harga rokok mahal maka Jokowi menjadi pemerintahan yang super berani dan dahsyat. Kalau memang tulus ingin menyelamatkan bangsanya biarkan Tuhan yang menyelamatkan saat pemilu yang akan datang.," paparnya.

Dimas mengungkapkan, kemajuan suatu negara bisa diukur dari bagaimana pemerintahannya dalam mensikapi rokok, semakin maju suatu negara akan semakin ketat dalam memberlakukan peredaran rokok. Contohnya Singapora. Oleh karena itu jika indonesia masih saja berkutat di dunia rokok, maka sampai kapanpun maka Indonesia masih bangsa dunia ketiga, sejajar dengan kebanyakan bangsa Asia dan Afrika yang tak mampu survive dari kecanduan rokok.

Saat ini, pemerintah terus melakukan kajian untuk mencapai target penerimaan cukai di 2017. Hal ini sejalan dengan penerimaan cukai pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017 ditetapkan sebesar Rp157,1 triliun di mana sekitar Rp149 triliun berasal dari cukai rokok.




(Safari)

Ormas Gelar Sweeping, NU: Jangan Rampas Hak Orang Untuk Ke Warung Selama Ramadhan


Ormas Gelar Sweeping, NU: Jangan Rampas Hak Orang Untuk Ke Warung Selama Ramadhan

Dimas Cokro
Jakarta, HanTer - Ormas keagamaan Front Pembela Islam (FPI) bakal memantau tempat hiburan malam (THM) sepanjang bulan puasa 2016. Ormas pimpinan Habib Rizieq Syihab itu akan turun ke jalan hanya untuk memantau apakah THM benar-benar patuh terhadap aturan atau tidak. Jika tidak maka FPI tidak akan segan-segan untuk minta menutupnya.

Namun aksi FPI yang sangat keras terhadap THM yang melanggar aturan ditentang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Alasannya, Indonesia bukan berdasarkan satu agama saja yakni Islam tapi ada juga empat agama lain yang dianut masyarakat Indonesia. Sehingga semua masyarakat Indonesia harus bisa menjalin toleransi dengan penganut agama yang lainnya.

"Selama ini Ramadhan identik dengan aksi sweeping ormas Islam terhadap tempat hiburan, hotel, kos-kosan, atau rumah makan. Ayolah kita hentikan, apa manfaatnya buat kita umat muslim?," ujar pengurus PBNU, ustadz Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Rabu (1/6/2016).

Menurut tokoh muda NU ini, umat Islam tidak mempunyai kepentingan dalam aksi sweeping yang kadang berujung dengan anarkis. Karena umat Islam bukan lagi anak kecil yang menangis minta makan saat melihat orang makan. Kegiatan di warung itu ada hak wanita yang berhalangan puasa karena haid, hamil atau menyusui. Ada juga hak orang yang berhalangan puasa seperti manula, anak-anak atau orang yang bepergian jauh.

"Di warung ada juga hak banyak warga negara Indonesia lainnya yang beragama non muslim," tegas Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa Sapujagad ini.

Indonesia, sambung ustadz Dimas, memiliki lima agama yang diakui negara, belum lagi aliran kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia lainnya. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh merampas hak orang lain untuk pergi ke warung selama Ramadhan. Dengan melarang warung berbuka maka artinya umat Islam memaksa mereka ikut puasa sehingga hal tersebut kurang arif dan bijaksana.

"Islam itu rahmatan lil alamin yang membawa kebaikan pada semua. Itu harus kita implementasikan di kehidupan nyata, jangan malah menjelekkan nama Islam di mata dunia," papar Ketua Majlis Dzikir Qurrota A'yun Ini.

Lebih lanjut ustadz Dimas mengatakan, razia Ramadhan adalah tugas pihak yang berwajib seperti Satpol PP, TNI dan Polri. Oleh karena itu sudah sepantasnya tugas merazia diserahkan kepada mereka. Namun pihak berwenang juga harus tanggap, jika ada ormas yang mensweeping maka harus langsung diredam dan jangan dibiarkan.

"Karena sikap pembiaran itulah yang bisa memicu reaksi masyarakat untuk bertindak sendiri. Jadi sweeping atau anarki, jangan sampai, pemerintah harus waspada dan buka mata," paparnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono memang akan bertindak tegas terhadap ormas yang melakukan sweeping di bulan puasa. Oleh karenanya ia meminta ormas tidak melakukan aksi sweeping di tempat-tempat hiburan karena kewenangan penindakan terhadap pelanggaran ada di Polri.

Polda Metro Jaya melaksanakan berbagai kegiatan selama bulan Ramadan seperti Operasi Patuh Jaya dan Operasi Pekat. Selain itu Polda Metro Jaya dan beberapa instansi terkait seperti Satpol PP juga akan melakukan penertiban bersama di tempat-tempat hiburan malam.




(Safari)

NU : Mafia Peradilan Seperti Lingkaran Setan



NU : Mafia Peradilan Seperti Lingkaran Setan

ilustrasi
Jakarta, HanTer - Praktik mafia peradilan sudah sangat meresahkan para pencari keadilan. Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pimpinan negara belum juga turun tangan untuk mengatasinya. Padahal sudah banyak perangkat peradilan yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

Pengurus Nahdatul Ulama (NU) Dimas Cokro Pamungkas sangat menyesalkan belum turun tangannya Presiden Jokowi untuk mengatasi mafia peradilan. Padahal UUD 1945 sudah jelas bahwa Indonesia sebagai negara hukum, dan menjadikan hukum sebagai panglima untuk mencari keadilan. 

"Namun di ranah hukum pula kita terpukul telak seakan segala kecurangan di sektor hukum sudah bukan hal aneh," kata Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Kamis (5/5/2016).

Menurut Dimas, saat ini kecurangan huku sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Oleh karena itu kecurangan hukum telah merasuki semua elemen penegakan hukum. Hal ini terjadi karena terlalu banyak konflik kepentingan di dalamnya, apalagi jika ada orang yang ingin mengamankan diri dari kepentingannya. 

Namun di lain pihak ada yang menemukan kesempatan untuk memperkaya diri. Oleh karena itu mafia peradilan layaknya lingkaran setan yang berakibat akan menggerus kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan menghancurkan Indonesia secara perlahan. 

"Pemerintah harus tanggung jawab terhadap praktek mafia peradilan. Pemerintah harus tegas, jangan terbawa arus putaran keruwetan ini, tunjukkan wibawanya untuk tidak takut terhadap mafia kelas kakap di negeri ini. Saatnya memperlihatkan negara mengatur diri sendiri, bukan negara diatur mafia.

Sebagai solusi, ujar Dimas, maka harus dilakukan pembenahan internal. Berlakukan 'reward-punishment'. Pilih pemimpin yang bisa membawa gerbong peradilan ke rel yang tepat untuk membuat Indonesia sejahtera dan terbebas dari praktek mafia peradilan. 

"Selain pemerintah. Kita juga tidak boleh cuek adanya budaya suap. Biasakan kita melakukan 'self consep' yang dilanjutkan dengan 'self control'. Kalau sebagian besar masyarakat Indonesia terbiasa dengan hal tersebut Insya Allah bisa menjadi efek 'control sosial' yang bisa memperbaiki negeri ini," paparnya. 

Seperti diketahui untuk memberangus mafia peradilan ini KPK telah menangkap sejumlah perangkat peradilan. Setidaknya KPK telah menangkap tangan terhadap Ka Subdit Kasasi dan PK MA serta Hakim dan Panitera PTUN Medan. KPK juga telah menangkap Jaksa di Jawa Barat. Serta operasi tangkap tangan makelar kasus yang diduga melibatkan Jaksa yang bertugas di Kejati DKI Jakarta.




(Safari)

Majelis Zikir di Jombang Jadi Jujugan Caleg Stres



Majelis Zikir di Jombang Jadi Jujugan Caleg Stres

Sabtu, 12 April 2014 11:27
Majelis Zikir di Jombang Jadi Jujugan Caleg Stres
surya/faiq nuraini

Petugas RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto saat menyiapkan ruangan khusus untuk caleg jika stres gagal nyaleg, Rabu (19/2/2014).

SURYA Online,JOMBANG - Kendati penghitungan suara pileg belum resmi diumumkan, namun calon anggota legislatif (caleg) yang merasa perolehan suaranya tak mampu menembus kursi parlemen, sudah ada yang stres.
Mereka mencari ‘pelarian’ ke tempat-tempat ‘orang pintar’ guna menenangkan diri.
Setidaknya itu diakui Ketua Majelis Zikir Qurrota A'yun Jombang, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas.
"Ada satu caleg yang datang. Dia menangis, mentalnya drop. Dia belum bisa menerima kekalahannya. Dia ingin menenangkan diri," kata Gus Dimas, Sabtu (12/4/2014).
Namun Dimas yang beralamat di Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Jombang ini enggan mau menyebut identitas caleg tersebut, karena alasan melindungi privasi caleg bersangkutan.
“Yang jelas, dia orang luar Jombang,” imbuh Gus Dimas.
Ustad muda ini menceritakan, caleg tersebut membeberkan semua ganjalan hati dan unek-uneknya.

Antara lain, soal ludesnya harta benda dan uang pinjaman akibat digunakan sebagai ‘ongkos politik’.
Mulai pemasangan alat peraga kampanye, sangu para pemilih dan sampai kebutuhan sosialisasi, baik untuk tim sukses maupun dirinya sendiri.
Namun ironis, meski harta sudah ludes, perolehan suara dipastikan jauh dari signifikan.
Karena kondisi itu pula, si caleg mengalami depresi hebat. Dia ngomongnya mulai ngelantur. Menuduh dikhianati tim suksesnya, menilai masyarakat mata duitan, hingga merasa perolehan suaranya 'dicuri' secara gaib oleh lawan politik.
"Sebagai permulaan, saya dengarkan saja curhatnya. Setelah itu secara perlahan kita kuatkan hatinya," kata Gus Dimas yang juga Ketua Peguruan Silat NU Pagar Nusa Peguron Sapujagad Jombang, ini.
Tahap selanjutnya, sambung Gus Dimas, dirinya melakukan penguatan mental baik lewat keluarga maupun lewat siraham agama Islam kepada caleg depresi tersebut.
Untuk pendekatan agama, Gus Dimas mengajak caleg melakukan istigfar, wirid, berdoa dan mengadukan semua yang dialami kepada Allah.

"Selain itu juga saya ajak mandi malam dan salat malam. Dengan begitu yang bersangkutan selalu ingat Allah," jelas Gus Dimas.
Gus Dimas mengatakan, caleg yang mendatangi Majelis Zikir tersebut menjalani ‘rawat jalan’. Namun begitu, dia berusaha memantau perkembangan caleg tersebut lewat keluarganya.



"Saya agendakan setiap pekan sekali bertemu langsung guna mengecek perkembangannya," tutur Gus Dimas.

Gus Dimas: Bulan Suci, Mari Kita Jaga Toleransi



Gus Dimas: Bulan Suci, Mari Kita Jaga Toleransi
Selasa, 31 Mei 2016 11:45:59
Reporter : Yusuf Wibisono

1
Gus Dimas: Bulan Suci, Mari Kita Jaga Toleransi
Jombang (beritajatim.com) - Tokoh muda NU (Nahdlatul Ulama) Jombang, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas, meminta segenap masyarakat untuk meningkatkan toleransi selama bula suci Ramadan. Dengan begitu, Ramadan akan penuh dengan nilai-nilai keberkahan.

"Alhamdulillah, kita siap memasuki bulan suci Ramadhan. Sucinya bulan Ramadan ini mari kita jaga bersama, biar menjadi berkah buat semua. Baik bagi umat muslim, baik juga buat non muslim. Mari kita jaga toleransi," kata Gus Dimas saat menyampaikan pesan datangnya bulan Ramadan, Selasa (31/5/2016).

Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa Sapujagad ini juga berpesan, ormas Islam jangan sampai merazia warung bertirai yang masih jualan. Karena hal itu sama halnya merampas hak warga non muslim dan orang-orang yang sedang berhalangan menjalankan ibadah puasa.




Namun demikian, Gus Dimas berharap agar tempat karaoke berhenti beroperasi selama Ramadan. "Dengan begitu, suasana Ramadan di Kota Santri akan berlangsung kondusif. Mari kita warnai Kota Jombang dengan segala amalan positif. Jangan sampai ada sweeping oleh ormas. Karena hal itu wewenang kepolisian," pungkas Ketua Majlis Dzikir Qurrota A'yun Jombang ini. [suf/kun]

Pertahankan Hukuman Mati

Ini Dampak Psikis Anak Diantar Ortu ke Sekolah di Hari Pertama



Ini Dampak Psikis Anak Diantar Ortu ke Sekolah di Hari Pertama



Rabu, 20 Juli 2016 | - 10:06:17
Share Tweet
Ini Dampak Psikis Anak Diantar Ortu ke Sekolah di Hari Pertama 



FEMINDONESIA.COM / ISTIMEWA
FEM Indonesia – Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Bawedan kepada orangtua untuk mengantar anak di hari pertama sekolah disambut baik masyarakat. Karena itu banyak orangtua yang tidak menyia-nyiakan ajakan menteri ini. Lantas adakah dampak psikologis yang ditimbulkan ?



Kepada Femindonesia.com, Ketua Qurrota A’yun Psychology Consultan Dimas Cokro Pamungkas mengatakan dengan mengantar anak di hari pertama masuk sekolah akan terjalin psikis positif antara anak dan orangtua. Sehingga kedekatan pun kian menguat.



“Sangat berpengaruh. Si anak akan merasakan ikatan kasih sayang orangtua yang akan memacu tumbuh kembang. Sementara bagi orangtua siswa hal ini juga sangat positif, mengingatkan betapa pentingnya perhatian mereka untuk mensupport psikologi sang anak,” katanya.
Selain itu, orangtua juga bisa lebih kenal dengan tempat si anak menimba ilmu dan dapat bertukar informasi soal perkembangan siswa dengan guru.



“Orangtua juga bisa menilai, memberi masukan ataupun meminta informasi dari pihak sekolah tentang perkembangan anak, begitu pula sebaliknya, sekolah juga bisa komunikasi dengan orangtua siswa untuk bisa mengoptimalkan proses belajar mengajar nantinya. Ini positif buat semua, karena sekolah, orang tua dan murid adalah satu kesatuan untuk kesuksesan dalam belajar mengajar,” paparnya lagi.
Karenanya, pendorong Gerakan Lindungi Anak dan Wanita ini sangat mensupport ajakan Anis Bawedan tersebut. Terlebih hal itu bakal berdampak bagi si anak dalam perkembangannya kelak.






“Saya sangat mendukung, kebijakan yang terlihat sepele tapi berdampak besar dan dahsyat di belakangnya nanti. Faktor psikologis anak akan menentukan kesuksesan si anak dalam menghadapi masa depannya,” imbuhnya. [foto : dokumentasi/teks : denim]

KONTRA HUKUM KEBIRI, DIMAS : JIKA KORBAN ITU IBU, ADIK ATAU ANAK, MASIH MAU BELA PELAKU ?



KONTRA HUKUM KEBIRI, DIMAS : JIKA KORBAN ITU IBU, ADIK ATAU ANAK, MASIH MAU BELA PELAKU ?

FEMINDONESIA.COM| FOTO : ISTIMEWA 6
FEM Indonesia - Hukuman kebiri bagi pelaku kekerasan seksual yang bakal diberlakukan pemerintah melalui Perpu menuai banyak pujian. Salah satunya dari psikolog Dimas Cokro Pamungkas.

Kepada Femindonesia.com, Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) ini gembira dengan hukuman kebiri bagi pelaku kekerasan seksual. Namun demikian dalam pelaksanaan nanti harus tetap dalam koridor hukum yang berlaku.

"Menurut saya pribadi hukuman ini sangat bagus, bagus sekali, tinggal dikawal implementasinya, harus benar-benar sesuai prosedur. Jangan sampai salah eksekusi pada orang yang sebenarnya tidak bersalah," katanya.

Pria yang pula pemerhati perilaku kalangan selebritas ini juga menganggap wajar masih adanya pro kontra jika hukuman kebiri diberikan pada pelaku. Hal tersebut menunjukan ada perhatian terhadap kejahatan yang kini mengincar hampir semua usia kaum hawa.

"Pro - kontra dalam masyarakat itu wajar, malah bagus berarti semua mau berfikir berdasarkan pemahaman masing-masing, ada yang melihat dari sisi agama, HAM dan lain - lain," lanjutnya.

Namun di sisi lain, Ketua Qurrota A'yun Psychology Consultant ini juga mempertanyakan pihak yang kontra terhadap hukuman kebiri. Apalagi beban psikis yang mesti ditanggung korban sangat berat.




"Sebenarnya kita balik saja pola pikir kita bagi yang kontra hukuman ini dengan alasan HAM. Kenapa kita harus memikirkan HAM seorang penjahat yang dia sendiri sama sekali tidak memikirkan HAM korbannya ? Bagaimana si korban yang harus menanggung beban psikis selama hidupnya, apa ada jaminan si korban bisa bangkit psikologinya ? juga andai yang jadi korban pemerkosaan itu adalah ibu, adik atau anak si pembela HAM pelaku, apakah mereka masih bisa berteriak untuk memperjuangkan HAM buat pelaku ?," paparnya. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Pemburu Pokemon Harus Malu dengan Nasib Anak Korban Perang

http://www.harianterbit.com/mediakit/read/2016/07/25/66256/40/40/Pemburu-Pokemon-Harus-Malu-dengan-Nasib-Anak-Korban-Perang

Pemburu Pokemon Harus Malu dengan Nasib Anak Korban Perang

Istimewa
Jakarta, HanTer - Permainan Pokemon Go yang sedang booming di masyarakat menjadi keprihatinan Dimas Cokro Pamungkas, pemerhati dan aktivis perlindungan anak-anak. Alasannya saat ini di Suriah banyak anak-anak korban perang yang perlu ditemukan dan selamatkan nyawanya.

"Setidaknya kasih perhatian lebih dan uluran nyata kita. Mereka anak-anak yang belum tentu hidup bulan depan, karena mereka harus hidup di keras dan kejamnya dunia peperangan," kata Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Senin (25/7/2016).

Dimas meminta para pemburu Pokemon untuk bersikap dewasa. Karena ketika memburu dan tertawa-tawa dengan childishnya saat menemukan Pokemon di dunia maya maka perlu diketahui bahwa di Suriah banyak anak-anak Pokemon dunia nyata yang perlu ditemukan dan selamatkan. Saat ini nyawa anak-anak tersebut terancam dan bisa saja tidak berumur panjang.

"Okay tidak perlu di Suriah, di negeri kita juga banyak anak terlantar, temukan mereka, salurkan zakat mall kalian, beri sedikit santunan dan curahan kasih sayang, sama-sama mencari dan menemukan, tapi insya Allah mencari Pokemon dunia nyata ini berbuah pahala," tegasnya.

Dimas menilai, Indonesia yang saat ini jalanannya sudah padat kendaraan ini juga lebih membutuhkan manusia yang beretika dalam berlalulintas, bukan kumpulan orang dewasa yang seenaknya membahayakan pengguna jalan lain hanya demi mendapatkan teman khayalan yakni Pokemon.

"Masih banyak hal yang lebih positif buat salurkan energi dan buang kepenatan kita selain dengan kejar-kejar teman hayalan Si Pokemon. Setidaknya, malulah pada umur, malu pada anak istri/suami, malu sama pasangan/pacar, wes pada tua kok podo koyok arek cilik," tegas Dimas yang juga aktif sebagai pengurus Nahdlatul Ulama (NU) ini.

Pokemon Go adalah permainan yang menggunakan teknologi augmented reality (AR) digarap Niantic bekerja sama dengan Nintendo dan The Pokemon Company. Game tersebut menggabungkan game dengan dunia nyata dan mengajak pemainnya berburu Pokemon yang tersebar di berbagai tempat di dunia nyata. Memanfaatkan kamera dan teknologi AR, pemain bisa melihat berbagai Pokemon yang ada di sekitarnya.

(Safari)

Video "Lelaki Kerdus", Rusak Generasi Masa Depan Bangsa



Video "Lelaki Kerdus", Rusak Generasi Masa Depan Bangsa

NUSANTARA JUM'AT, 01 JULI 2016 , 16:17:00 WIB | LAPORAN: TANGGUH SIPRIA RIANG

RMOL. Beredarnya video lagu "Lelaki Kerdus" merupakan bentuk ketidakpekaan seniman terhadap psikologi anak.
BERITA TERKAIT
Tidak Cukup Hanya Menaikkan Harga Rokok
Politisi Demokrat Ajak Warga Jakarta Lebih Peduli Anak
Keluarga Tempat Terbaik Pendidikan Karakter Anak

Akibat terlalu berpegang pada kebebasan seni, lalu semuanya menjadi kebablasan tanpa kontrol. 

"Tidak ada pesan moral dalam lagu itu. Isinya tentang kebencian pada ayahnya yang kawin lagi, dan caci maki," ujar psikolog artis, Dimas Cokro Pamungkas, kepada wartawan, Jumat (1/7).

Dimas juga mempertanyakan pemikiran orang tua dan keluarga si penyanyi.

Menurutnya, demi bisa rekaman sebagai penyanyi rela meracuni pikiran anaknya yang menyanyikan lagu berisi aneka hujatan dan segala macam ungkapan kebencian. 

"Gemes saya dengan lagu ini, benar-merusak mental generasi masa depan. Pencipta lagu juga harus ditindak tegas. Supaya tidak ada lagi lagu semacam itu," tegas tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.

Selain sanksi tegas, Dimas juga menyoroti KPAI selaku lembaga perlindungan anak yang dinilai kurang peka.

Seharusnya, kata Dimas, KPAI harus kebih peka bertindak konkret, bukan hanya mengamati saja. 

"Kalau mereka (KPAI) menganggap ini biasa saja, biar saya yang memperkarakannya," papar Dimas. 

Saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyurati Youtube untuk menghapus video lagu "Lelaki Kardus".




Sebelumnya, beredar video lagu berjudul "Lelaki Kerdus". Lagu tersebut dinyanyikan seorang anak, namum isinya tidak mencerminkan anak-anak pada umumnya. Karena lagu tersebut layaknya lagu dewasa dengan nada-nada dan bahasa yang kasar serta tidak mendidik. [zul]

INI ANALISA ARTI SENYUMAN SAIPUL JAMIL MESKI DIVONIS 3 TAHUN PENJARA

Link Berita:

26 Juni 2016: 05:15:46 | www.femindonesia.com
INI ANALISA ARTI SENYUMAN SAIPUL JAMIL MESKI DIVONIS 3 TAHUN PENJARA

FEMINDONESIA.COM| FOTO : ISTIMEWA 6
FEM Indonesia - Entah karena sudah bawaan atau hal lain, senyum selalu ditebar oleh Saipul Jamil kala dirinya tersandung kasus dugaan pelecehan seksual yang kini telah divonis 3 tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Tak tanggung-tanggung, sejak ditangkap polisi hingga proses sidang berlangsung, mantan suami Dewi Persik itu dianggap tegar karena kerap mengumbar senyuman hingga masih bisa menyanyi walau di dalam sel. Tak hanya pada media peliput tetapi juga masyarakat yang ada di lokasi sidang.

Namun usai vonis, kakak Saipul Jamil, Samsul Hidayatullah justru tertangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi lantaran duga pengaturan masa hukuman dengan oknum Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Karena itu muncul pertanyaan, apakah senyum tersebut sengaja dilakukan Saipul Jamil sebagai upaya mengurangi beban psikisnya?
"Tepat sekali, dia berusaha memanipulasi pikiran lewat senyuman dan dasarnya si Saiful Jamil kan murah senyum orangnya. Dia ingin terkesan semua baik-baik saja, dalam kendali, karena merasa sudah ada jalan untuk mengamankan kasusnya lewat belakang," papar pengamat psikologi artis Dimas Cokro Pamungkas.
Tetapi Ketua Qurrota Ayun Psychology Consultant ini menambahkan bahwa sebenarnya ada pula rasa gelisah dalam diri pria yang akrab disapa Bang Ipul ini yang tak bisa disembunyikan.
"Namun kadang kala kegelisahan dia bisa kita tangkap di sorot matanya, suka kosong namun sesaat kemudian terlihat berfikir keras, mungkin berfikir yang buruk terhadap kasusnya, apalagi para pasukan di belakangnya sekarang tertangkap semua, sudah, blank-lah dia," tambahnya.
Selain untuk memanipulasi beban psikis yang dialami, sambung Dimas, senyuman yang diumbar Saipul diduga masih berkaitan dengan tindakan kakaknya terhadap oknum Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang sekarang terus diproses Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Sangat bisa, dia merasa aman, ada harapan akhir indah di kasus ini, merasa sudah bisa membeli hasil akhir kasus ini," tandas pria yang menetap di Geylang Singapura. [teks: denim]

DIVONIS HUKUMAN PENJARA 3 TAHUN, SAIPUL JAMIL HARAP HARAP CEMAS


24 Juni 2016: 13:37:45 | www.femindonesia.com
DIVONIS HUKUMAN PENJARA 3 TAHUN, SAIPUL JAMIL HARAP HARAP CEMAS
FEMINDONESIA.COM| FOTO : ISTIMEWA 6
FEM Indonesia - Kasus dugaan pelecehan seksual dengan terdakwa Saipul Jamil telah selesai. Majelis hakim menjatuhkan hukuman 3 tahun penjara. Atas vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Utara tersebut mantan suami Dewi Persik memilih pikir - pikir. Namun di mata Ketua Qurrota Ayun Psychology Consultant Dimas Cokro Pamungkas, semestinya Saipul Jamil bersyukur atas putusan hukuman itu. Terlebih soal pelecehan seksual saat ini tak hanya jadi perhatian publik tetapi juga pemerintah.

"Harusnya dia sangat bersyukur, karena kasus pelecehan terhadap korban yang di bawah umur sedang disorot publik," jelasnya. Akan tetapi syukur yang dirasakan pedangdut ini, kata Dimas, sepertinya bakal berubah setelah kakak kandungnya, Samsul Hidayatullah tertangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi atas dugaan suap oknum pegawai di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
"Pastinya (beban psikis bertambah), dia harap-harap cemas dengan hasil putusan pengadilan terhadap kasusnya, bisa-bisa nanti keputusan ditinjau kembali karena kasus tertangkap tangan KPK tersebut," sambung Dimas. Di sisi lain, Pendorong Gerakan Lindungi Anak dan WNGanitaUL ini meminta hukuman yanPg divoniskan pada Saipul Jamil kembali ditinjau.
"Tinjau kembali putusan tiga tahun. Itu sangat ringan dari tujuh tahun tuntutan. Tinjau dan beri hukuman seberat-beratnya. Biar jadi shock teraphy bagi semua yang punya bakat menjadi penjahat seksual, plus bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan negeri ini lagi," harapnya. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Saipul Jamil Harusnya Dikebiri Bukan Malah Divonis Ringan



Saipul Jamil Harusnya Dikebiri Bukan Malah Divonis Ringan
Jumat, 17 Juni 2016 14:26 WIB


Jakarta, HanTer - Hukuman ringan yang diterima penyanyi dangdut Saipul Jamil dipertanyakan berbagai kalangan. Apalagi ada dugaan suap terhadap Ketua Majells Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta sehingga vonis hukumannya hanya 3 tahun, jauh dari tuntutan jaksa yang meminta dihukum 7 tahun kurungan penjara.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun menetapkan 4 orang tersangka yang diduga turut bermain untuk mengamankan perkara pencabulan anak dibawah umur yang menjerat Saipul Jamil yakni, Rohadi, Panitera PN Jakut, Berthanatalia Ruruk Kariman dan Kasman Sangaji (pengacara Saiful Jamil) dan Samsul Hidayatullah (kakak Saiful Jamil).

Dimas Cokro Pamungkas, psikologis artis mengatakan, harusnya hukuman Saipul Jamil diperberat dan dijadikan shock teraphy. Karena Saipul Jamil, yang merupakan publik figur melakukan kejahatan seksual sehingga akan disorot publik. Apalagi keinginan hukum kebiri akan diterapkan bagi kejahatan seksual terhadap anak dan wanita.

"Kalau perlu Saipul Jamil ini dipakai objek percontohan hukuman kebiri sehingga bisa menjadi efek jera bagi pelaku kejahatan seksual," ujarnya kepada Harian Terbit, Jumat (17/6/2016).

Harus dihukum berat, sambung Dimas, karena orientasi seksual yang dilakukan Saipul Jamil menyimpang yakni menyukai sesama jenis atau LGBT. Oleh karenanya hukuman Saipul Jamil sangat layak dijadikan `proyek percontohan` bagi kasus pelecehan dan adanya mafia peradilan di negeri ini.

"Kasus ini menjadi sorotan masyarakat maka sangat tepat hukuman Saipul Jamil yang dijadikan percontohan," tegas tokoh muda NU ini.

Terkait adanya oknum perangkat peradilan yang ditangkap karena diduga mengamankan perkara Saipul Jamil, Dimas menilai, hal tersebut menunjukan bahwa peradilan di Indonesia sudah semakin bobrok. Karena dengan mudahnya proses peradilan bisa dibeli oleh pihak-pihak yang ingin mendapatkan keringanan hukuman.

"Harapan saya, tinjau kembali putusan tiga tahun itu. Beri hukuman seberat-beratnya, biar jadi shock teraphy untuk semua yang punya bakat menjadi penjahat seksual. Ini juga dilakukan agar bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan negeri ini," jelas lelaki yang menjadi pendorong Gerakan Lindungi Anak dan Wanita ini.




(Safari)

Tokoh Muda NU: Indonesia Akan Kembali Ke Zaman Batu Jika Blokir Google dan YouTube



Tokoh Muda NU: Indonesia Akan Kembali Ke Zaman Batu Jika Blokir Google dan YouTube
Jumat, 10 Juni 2016 13:39 WIB


Jakarta, HanTer - Tokoh Muda Nahdlatul Ulama (NU) tidak setuju adanya desakan memblokir video YouTube dan laman pencarian Google seperti yang disampaikan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Alasannya Google dan YouTube merupakan jendela ilmu.

"Google dan YouTube adalah dua raksasa internet untuk pengantar kita ke dunia pengetahuan. banyak positifnya daripada negatifnya," kata tokoh muda NU, Dimas Cokro Pamungkas kepada Harian Terbit, Jumat (10/6/2016).

Menurut Dimas, Google dan YouTube menjadi negatif karena warga negara Indonesia masih kurang siap memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif. Tidak heran banyak penggunanya yang menggunakannya untuk mencari pornografi dan kekerasan. Bahkan sekarang Facebook juga penuh dengan postingan kekerasan. Kita samakan pemikiran di sini.

"Kita akan kembali ke zaman batu kalau sampai itu terjadi pemblokiran terhadap Google dan YouTube," tegasnya.

Lebih lanjut Dimas mengatakan, sebagai pengguna maka yang harus diakukannya adalah meminimalisir konten pornografi dan kekerasan bisa diakses di negeri ini. Karena minat internet Indonesia termasuk terbesar, sayangnya yang di cari hal berbau pornografi dan kekerasan.

Sebagai solusi, ujar Dimas, maka Kementerian Kominfo atau pemerintah harus duduk bersama satu meja dengan Google dan YouTube, untuk mensortir konten yang masuk Indonesia. Pemerintah harus bisa bernegosiasi untuk mensortir secara ketat segala info terkait konten pornografi, kekerasan, hal-hal yang negatif terutama bagi anak muda yang bisa memicu tindak kriminal semacam pemerkosaan atau tindak kekerasan

"Ini menyangkut moral rakyat, kita punya bargaining politik yang bisa menekan Google dan YouTube. Mereka pasti menghitung besarnya pengguna internet dari negeri ini," jelasnya.

Seperti diketahui ICMI mendesak pemerintah memblokir Google dan YouTube karena berdasarkan penelusuran tim riset ICMI pada YouTube dan Google rentang waktu 2010-2016, Indonesia merupakan negara pengakses terbesar kedua situs tersebut. Namun yang memprihatinkan konten porno merupakan kata kunci yang paling banyak diakses dibandingkan konten pendidikan, ekonomi, agama dan sosial politik.




(Safari)

PEMERKOSA DIHUKUM KEBIRI, DIMAS : BIKIN CALON PELAKU MIKIR SERIBU KALI



PEMERKOSA DIHUKUM KEBIRI, DIMAS : BIKIN CALON PELAKU MIKIR SERIBU KALI

FEMINDONESIA.COM| FOTO : ISTIMEWA 6
FEM Indonesia - Hukuman terhadap pelaku kekerasan seksual dipandang kurang oleh masyarakat. Terlebih saat ini banyak pemberitaan perkosaan di sejumlah daerah dengan korban kaum hawa di hampir semua usia. Melihat hal ini pemerintah turun tangan dan memberikan hukuman tambahan kepada pelaku melalui Perpu, salah satunya kebiri. 

Namun demikian, hukuman cara kebiri pun menuai ragam opini. Ada yang mengatakan tak akan berpengaruh tapi ada juga yang yakin akan membuat jera. 

Lalu bagaimana bila dilihat dari kacamata psikolog jika hukuman kebiri diterapkan para pelaku pemerkosaan ? Apakah memberikan psikis pada pelaku ?

"Pasti, banget. Bagaimana seseorang tidak langsung drop saat dia sudah tidak lagi 'perkasa', apalagi seorang pemerkosa otomatis pikirannya ke arah seksual terus. Bisa kita bayangkan betapa rapuhnya dia saat sudah tidak punya 'senjata' andalannya tersebut," urai Ketua Qurrota A'yun Psychology Consultant Dimas Cokro Pamungkas kala dihubungi Femindonesia.com, Selasa (31/5).

Selain yakin akan mempengaruhi psikis pelaku, Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pemerhati perilaku selebritas ini mengaku hukuman kebiri pun dapat mencegah calon pelaku pemerkosaan untuk melakukan perbuatan keji tersebut. 

"Pasti, mereka akan berfikir seribu kali kalau mau melakukan pelecehan dan pemerkosaan, apakah mereka masih berani mempertaruhkan kehilangan kejantanan seumur hidupnya demi kenikmatan sesaat," jelas pria yang menetap di Geylang Singapore itu. [foto : dokumentasi/teks : denim]