Melihat Lebih Dekat Haul ke-3 Gus Maksum Lirboyo, Kediri
Kharisma
Gus Maksum masih dirasakan oleh banyak orang, terutama warga Kediri,
Jawa Timur, terkhusus aggota perguruan Pagar Nusa. Meski almarhum sudah
pergi menghadapIlahi tiga tahun silam, namun tak membuat para santrinya
merasa kehilangan panutan. Kini Kyai yang dikenal punya banyak ilmu
kejadugan (kanoragan, Red) itu terasa hadir dalam banyak kerumunan orang
yang sengaja datang untuk memperingati acara haul ketiganya.
Pagi itu
suasana pondok pesantren Salafiyah Lirboyo Kediri - salah satu pondok
pesantren tertua di Indonesia-ramai dengan orang yang mondar mandir
sambil menenteng karpet panjang. Karpet itu dibentangkan di halaman
pondok pesantren. Sebagian
lainnya, sibuk mendirikan terop besar yang dipasang di depan rumah
almarhum K.H. Maksum, dilengkapi dengan panggung bertuliskan “peringatan
maulid dan haul ke 3 K.H. Maksum Lirboyo Kediri”. Sesaat
kemudian pondok pesantren Lirboyo didatangi ribuan orang dengan memakai
kopiah dan sarung, layaknya santri. Kemudian mereka memadati halaman
pondok pesantren, seraya duduk bersila dikarpet yang sudah disediakan.
Orang-orang ini sengaja hadir dari berbagai penjuru nusantara seperti
Sumatra, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sendiri, untuk memperingati
haul ketiga K.H. Maksum. Menurut
Imam Syamsuddin sekretaris Pagar Nusa kota Kediri mengatakan, undangan
yang hadir pada acara haul Gus Maksum panggilan akrab K.H. Maksum
diperkirakan kurang lebih 10.000 orang, dan haul ini adalah yang
terbesar dibandingkan haul sebelumnya.Dalam
haul kali ini, juga hadir sejumlah paranormal kondang asal ibu kota
yang juga pernah menjadi santri Gus Maksum. Di antaranya, Ustad Aziz
Hidayatullah (pimpinan pondok pesantren Busatanul Hidayah Tegal Jawa
Tengah), Gus Ulin Nuha Azka (Pimpinan Dzikir Sunan Kalijaga Demak), Ki
Cokro (Spiritualis asal Jombang), Habib Munzir bin Fuad al-Musawa
(Pimpinan Majelis Shalawat Rasulullah Saw Jakarta), Prof. K.H.
Suharbillah (Ketua Pejabat Sementara Pagar Nusa Pusat) dan beberapa Kyai
dan ulama yang berkumpul di rumah kediaman Gus Maksum.Setelah
semua undangan berkumpul, acara haul dibuka dengan bacaan basmalah,
lalu dilanjutkan dengan acara-acara seremonial seperti pembacaan
ayat-ayat suci al-Quran dan sambutan dari keluarga almarhum dan juga
tahlilan untuk mendoakan arwah Gus Maksum. Tak hanya itu, Gus Zainal
Abidin selaku Sahibul hajat sengaja mendatangkan penceramah dari
Jakarta, yakni Habib Munzir bin Fuad al-Musawa. Dalam
ceramahnya, Habib asal ibu kota itu mengingatkan kembali perjuangan Gus
Maksum semasa hidupnya. Seperti Keikhlasan yang selalu menyertai sikap
Gus Maksum dalam membantu sesama umat manusia, dan demi negara
khususnya. Juga sosok Kharisma yang dimiliki Gus Maksum, sehingga banyak
orang ingin menjadi santrinya. Lebih
lanjut ia menjelaskan, bahwa Gus Maksum adalah Waliyullah yang
diberikan banyak ilmu kejadugan dan ketakwaan yang tinggi. Dalam waktu
beberapa jam, kemudian acara dilanjutkan oleh hiburan berupa musik
shalawat yang sengaja didatangkan dari Ibu Kota Jakarta, yakni kelompok
Shalawat Majelis Rasulullah Saw pimpinan Habib Munzir bin Fuad
al-Musawa. Karena menurut Gus Abidin panggilan Gus Zainal Abidin,
kelompok Shalawat ini ada kesamaan kultur dengan warga NU khususnya Gus
Maksum.
Untuk
menyudahi serangkaian acara yang dilaksanakan dalam haul ketiga Gus
Maksum, pihak panitia memberikan suguhan kepada para undangan berupa
1000 nampan yang berisi nasi kuning dan lauk pauk ala pesantren. Nasi
kuning dibagikan kepada undangan dan disantap secara berkelompok-seperti
kebiasaan para santri ketika makan bersama-dalam tiap kelompok terdapat
lebih dari tiga orang. Mereka ramai-ramai menyantap nasi kuning dengan
penuh kesederhanaan. Gus
Abidin mengatakan, “kebiasaan menyantap nasi kuning dinampan dengan
cara bergerombol, menunjukkan akan kesederhanaan Gus Maksum semasa
hidupnya, dan tidak lebih dari itu,” ujarnya. Setelah
acara makan-makan selesai, pihak panitia menyudahi acara dengan
pertunjukan tarung bebas yang dipertontonkan oleh para anggota perguruan
Pagar Nusa dari berbagai wilayah. Warisan Gus Maksum Pagar
nusa adalah kelompok seni bela diri yang didirikan oleh Gus Maksum di
pondok pesantren Lirboyo Kediri, dibawah naungan Nahdatul Ulama dengan
mewadahi beberapa pencak silat di bebargai daerah di Indonesia. Pagar
Nusa kini sudah dikenal banyak orang dengan anggotanya yang mencapai
puluhan ribu orang, khususnya warga NU. Berkat
jasa-jasa Gus Maksum selaku pendiri dan juga ketua umum yang disandang
sampai akhir hayatnya. Maka tak ayal jika pagar nusa diindetikkan dengan
Gus Maksum sebagai ikon kelompok pencak silat milik NU itu. Untuk
melestarikan seni bela diri ini, Gus Maksum selalu mengadakan
pertunjukan berupa tarung bebas, yakni pertarungan antara dua pendekar
pagar nusa yang saling berduel satu lawan satu dengan tangan kosong.
Meski ditinggal sang maestro, kini pagar Nusa selalu melestarikan
tradisi tarung bebas itu. Hal ini bisa dilihat ketika acara haul Gus
Maksum ke tiga di Lirboyo Kediri Minggu (6/8) yang lalu. Pertunjukan
tarung bebas ini pun mendapat antusias dari para undangan dan santri
yang hadir. Mereka bersorak-sorai sambil sesekali bertepuk tangan,
ketika para pendekar–sebutan bagi anggota pagar nusa-saling menjatuhkan,
bahkan tak jarang di antara para pendekar harus berdarah-darah dan
patah tulang seperti yang terjadi pada haul ketiga Gus maksum beberapa
hari lalu. Dengan
diiringi tabuhan hadrah dan shalawat nabi, acara tarung bebas pun
semakin terasa hikmatnya. Kini pagar nusa telah kehilangan ikonnya yang
selama ini dijadikan panutan dan tempat bersandar. Akankah sosok Gus
Maksum tergantikan dengan generasi selanjutnya ?
Gus
Maksum dikenal sebagai sosok yang jujur dan punya rasa keikhlasan
tinggi. Ciri khasnya, Gus yang identik dengan rambut panjang itu,
mempunyai banyak ilmu kejadugan. Konon, rambutnya bisa berubah menjadi
api dan tak bisa dipotong, sehingga dikenal si rambut api.Kini
Gus Maksum hanya tinggal kenangan dan petuah-petuahnya yang sering
disampaikan pada keluarganya, yakni Gus Abidin salah satu keponakan yang
dianggap sebagai penerus perjuangan Gus Maksum. Ketika sedang
menghadapi beberapa wartawan, termasuk Posmo, Gus Abidin begitu
bersahaja dengan sikap ketawaduan dan kata-katanya yang lembut, kemudian
Gus yang masih muda ini menjelaskan maksud dari pelaksanaan Haul Ke
tiga Gus Maksum. Bahwa peringatan ini semata-mata untuk mengenang
perjuangan Gus Maksum semasa hidup, dan melestarikan rasa kejamaiyahan
yang selalu didengungkan oleh Gus Maksum pada santrinya.Selain
itu, juga menumbuhkan sikap sportifitas seperti yang ditujukkan para
pendekar pagar nusa dalam tarung bebas. Karena dengan tradisi seperti
ini, akan menumbuhkan sikap percaya diri bagi setiap orang, dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Harapan Gus
Abidin, semoga haul ke empat yang akan dilaksanakan tahun depan, lebih
besar dan lebih hikmat, sehingga setiap orang akan terus mengenang sosok
Gus Maksum yang bersahaja itu. Amin!