Sabtu, 28 Juni 2014 21:20:29
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Seperti tahun-tahun sebelumnya, memasuki bulan suci Ramadan Pemkab Jombang menggelar gerebek apem (jajanan khas Ramadan) di Jalan Gus Dur, Sabtu (28/6/2014). Sebanyak 2014 apem yang ditata mirip gunungan diperebutkan secara beramai-ramai di tengah jalan.
Tradisi tahunan itu dibuka secara langsung oleh Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko. Sebelum acara dimulai, ratusan warga sudah menyemut di jalan. Mereka bersiap-siap untuk berebut kue khas Ramadan tersebut. Selanjutnya, gunungan apem itu diarak menuju Jalan Raya Gus Dur. Tanpa dikomando, warga langsung mengambil kue yang tertata rapi tersebut. Praktis, aksi desak-desakan dan saling dorong tidak terhindarkan.
"Ini memang acara yang kami tunggu setiap memasuki bulan Ramadan. Sudah lima kali Ramadan saya ikut gerebek apem. Selain saya makan, apem tersebut juga dibawa pulang untuk dinikmati keluarga," kata Saifulah, warga Desa Candimulyo, Jombang Kota.
Bupati Jombang dalam sambutannya mengatakan, tradisi gerebek apem sudah berlangsung bertahun-tahun di Jombang. Apem sebanyak 2014 buah itu berasal dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang. Menariknya lagi, jajanan tersebut terbuat dari tepung non beras dan dikreasi sedemikian rupa. "Acara gerebek apem ini sekaligus menandai dibukanya pasar Ramadan di Jalan Gus Dur (eks Jalan Merdeka)," kata bupati.
Kedepan, Nyono berharap, gerebek apem yang sudah identik dengan Jombang ini bukan hanya dinikmati warga lokal. Namun juga bisa menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara. Sedangkan pasar Ramadan, dibuka mulai besok dan berakhir hingga lebaran. "Semoga pasar Ramadan di Jalan Gus Dur bisa meningkatkan perekonomian warga Jombang," ujarnya.
Sayangnya, acara gerebek apem itu dikotori oknum yang tidak bertanggungjawab. Betapa tidak, usai gerebek apem, banyak pengunjung yang kehilangan handphone dan dompet. Saat pengunjung berdesakan itulah, para copet rupanya menjalankan aksinya. "Usai rebutan apem, ternyata dompet saya sudah berpindah tangan," ujar salah satu pengunjung geram.
Terlepas dari itu semua, apresiasi positif diberikan warga Jombang atas digelarnya tradisi tahunan itu, salah satunya dilontarkan Ketua PSNU Pagar Nusa Peguron Sapujagad, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas. Menurutnya, selain tradisi ziarah kubur, saling membagikan kue apem merupakan tradisi memasuki bulan Ramadan. Dalam masyarakat Jawa, tradisi tersebut disebut megengan. Walhasil, di Kota Santri hal itu dikemas secara apik.
Gus Dimas menambahkan, kue apem merupakan simbolisasi permintaan maaf secara tidak langsung kepada para tetangga. Apem menurut Gus Dimas berasal dari 'afwum' yang artinya meminta maaf. "Seseorang yang hendak menjalankan ibadah puasa Ramadan, terlebih dulu meminta maaf dan ampunan, supaya amal ibadahnya diterima oleh Allah," pungkas Ketua Majelis Dzikir Qurrota A'yun Jombang, ini. [suf/but]
(Sumber: beritajatim.com)
Jombang (beritajatim.com) - Seperti tahun-tahun sebelumnya, memasuki bulan suci Ramadan Pemkab Jombang menggelar gerebek apem (jajanan khas Ramadan) di Jalan Gus Dur, Sabtu (28/6/2014). Sebanyak 2014 apem yang ditata mirip gunungan diperebutkan secara beramai-ramai di tengah jalan.
Tradisi tahunan itu dibuka secara langsung oleh Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko. Sebelum acara dimulai, ratusan warga sudah menyemut di jalan. Mereka bersiap-siap untuk berebut kue khas Ramadan tersebut. Selanjutnya, gunungan apem itu diarak menuju Jalan Raya Gus Dur. Tanpa dikomando, warga langsung mengambil kue yang tertata rapi tersebut. Praktis, aksi desak-desakan dan saling dorong tidak terhindarkan.
"Ini memang acara yang kami tunggu setiap memasuki bulan Ramadan. Sudah lima kali Ramadan saya ikut gerebek apem. Selain saya makan, apem tersebut juga dibawa pulang untuk dinikmati keluarga," kata Saifulah, warga Desa Candimulyo, Jombang Kota.
Bupati Jombang dalam sambutannya mengatakan, tradisi gerebek apem sudah berlangsung bertahun-tahun di Jombang. Apem sebanyak 2014 buah itu berasal dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang. Menariknya lagi, jajanan tersebut terbuat dari tepung non beras dan dikreasi sedemikian rupa. "Acara gerebek apem ini sekaligus menandai dibukanya pasar Ramadan di Jalan Gus Dur (eks Jalan Merdeka)," kata bupati.
Kedepan, Nyono berharap, gerebek apem yang sudah identik dengan Jombang ini bukan hanya dinikmati warga lokal. Namun juga bisa menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara. Sedangkan pasar Ramadan, dibuka mulai besok dan berakhir hingga lebaran. "Semoga pasar Ramadan di Jalan Gus Dur bisa meningkatkan perekonomian warga Jombang," ujarnya.
Sayangnya, acara gerebek apem itu dikotori oknum yang tidak bertanggungjawab. Betapa tidak, usai gerebek apem, banyak pengunjung yang kehilangan handphone dan dompet. Saat pengunjung berdesakan itulah, para copet rupanya menjalankan aksinya. "Usai rebutan apem, ternyata dompet saya sudah berpindah tangan," ujar salah satu pengunjung geram.
Terlepas dari itu semua, apresiasi positif diberikan warga Jombang atas digelarnya tradisi tahunan itu, salah satunya dilontarkan Ketua PSNU Pagar Nusa Peguron Sapujagad, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas. Menurutnya, selain tradisi ziarah kubur, saling membagikan kue apem merupakan tradisi memasuki bulan Ramadan. Dalam masyarakat Jawa, tradisi tersebut disebut megengan. Walhasil, di Kota Santri hal itu dikemas secara apik.
Gus Dimas menambahkan, kue apem merupakan simbolisasi permintaan maaf secara tidak langsung kepada para tetangga. Apem menurut Gus Dimas berasal dari 'afwum' yang artinya meminta maaf. "Seseorang yang hendak menjalankan ibadah puasa Ramadan, terlebih dulu meminta maaf dan ampunan, supaya amal ibadahnya diterima oleh Allah," pungkas Ketua Majelis Dzikir Qurrota A'yun Jombang, ini. [suf/but]
(Sumber: beritajatim.com)