Senin, 27 Mei 2013 11:28:19
Reporter :
Jombang (beritajatim.com) - Seorang pesilat bukan hanya tangkas memainkan jurus dan tendangan, namun yang tidak kalah penting adalah aspek mental spiriutal. Nah, jika hal itu dilakukan, maka akan mampu menciptakan kepribadian dan karakter mulia seorang pesilat.
Kondisi seperti itulah yang dilakukan oleh Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPSNU) Pagar Nusa, Kecamatan Gudo Jombang. Selain giat latihan fisik, sekitar 100 pesilat Pagar Nusa selalu dilibatkan dalam jamaah pengajian. "Untuk latihan fisiknya satu minggu dua kali. Selebihnya, para pesilat kita gembleng aspek spiritual," kata Dimas Cokro Pamungkas, Ketua IPSNU Pagar Nusa, Kecamatan Gudo, Senin (27/5/2013).
Dimas menjelaskan, Pagar Nusa di Kecamatan Gudo masih berusia sangat muda, yakni sekitar dua tahun. Namun, seiring laju waktu, jumlah murid perguruan tersebut terus bertambah. Saat ini saja, kata Dimas, sudah tembus 100 orang. Mereka terdiri dari berbagai usia, muali dari yang masih duduk di bangku sekolah dasar hingga bangku SMA.
Menariknya, para pesilat tersebut bukan hanya ditempa latihan fisik. Akan tetapi juga gembelangan secara rohani. Caranya, para pesilat itu diterjunkan dalam acara pengajian NU. Selain mengamankan jalannya pengajian, pesilat yang mengenakan seragam warna hitam itu juga mendapatkan suntikan rohani. "Ini untuk menanamkan jiwa ahlusunah wal jamaah atau Aswaja. Karena Pagar Nusa merupakan seni bela diri yang lahir dari rahim NU," kata pria yang akrab disapa Gus Dimas, ini.
Terjunnya para pesilat ke acara pengajian itu seperti yang terlihat pada peringatan Isra' Mi'raj di Desa Pesanggrahan Kecamatan Gudo, dua hari lalu. Dengan dibalut seragam warna hitam, para murid Pagar Nusa itu terlihat sibuk membantuk jalannya acara. Mulai dari pintu masuk, hingga di sekitar panggung acara, pesilat Pagar Nusa nampak berjaga. Saat pengajian berlangsung, mereka juga menyimak dengan khidmat.
"Dengan begitu, pencak silat itu tidak selalu identik dengan aspek kekerasan. Namun juga sarana untuk membangun mental spiritual. Pencak silat Pagar Nusa harus membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang," kata warga Desa Wangkalkepuh yang pernah nyantri di Ponpes Sunan Ampel Jombang, ini.
Sementara itu, pembina IPSNU Pagar Nusa Kecamatan Gudo, Ustad Junaidi Yasin, mengungkapkan, meski Pagar Nusa di wilayahnya masih berusia muda, namun cikal bakal lembaga tersebut sudah sejak lama. Yakni, ditandai denga munculnya pasukan Sakerah pada tahun 1965. Pasukan ini merupakan kelompok yang berada di garis depan saat konfrontasi melawan PKI. "Pasukan Sakerah itu berisi para pesilat dari Gudo," ujarnya pria yang rambutnya sudah memutih ini.
Yasin berharap, munculnya Pagar Nusa di Kecamatan Gudo bisa menjadi jawaban fenomena kenakalan remaja yang santer akhir-akhir ini. Pasalnya, generasi muda sudah banyak yang terjebak dalam jerat narkoba, tawuran, dan perbuatan negatif lainnya.
"Jika para remaja aktif di Pagar Nusa, maka mereka tidak akan terjebak dalam jerat narkoba. Karena disini mereka digembleng secara fisik, mental, dan spiritual," kata Yasin yang pernah menjadi santri Ponpes Tebuireng pada era 1970-an ini. [suf/kun]
(Sumber: Beritajatim.com)
Berita Terkait
Jombang (beritajatim.com) - Seorang pesilat bukan hanya tangkas memainkan jurus dan tendangan, namun yang tidak kalah penting adalah aspek mental spiriutal. Nah, jika hal itu dilakukan, maka akan mampu menciptakan kepribadian dan karakter mulia seorang pesilat.
Kondisi seperti itulah yang dilakukan oleh Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPSNU) Pagar Nusa, Kecamatan Gudo Jombang. Selain giat latihan fisik, sekitar 100 pesilat Pagar Nusa selalu dilibatkan dalam jamaah pengajian. "Untuk latihan fisiknya satu minggu dua kali. Selebihnya, para pesilat kita gembleng aspek spiritual," kata Dimas Cokro Pamungkas, Ketua IPSNU Pagar Nusa, Kecamatan Gudo, Senin (27/5/2013).
Dimas menjelaskan, Pagar Nusa di Kecamatan Gudo masih berusia sangat muda, yakni sekitar dua tahun. Namun, seiring laju waktu, jumlah murid perguruan tersebut terus bertambah. Saat ini saja, kata Dimas, sudah tembus 100 orang. Mereka terdiri dari berbagai usia, muali dari yang masih duduk di bangku sekolah dasar hingga bangku SMA.
Menariknya, para pesilat tersebut bukan hanya ditempa latihan fisik. Akan tetapi juga gembelangan secara rohani. Caranya, para pesilat itu diterjunkan dalam acara pengajian NU. Selain mengamankan jalannya pengajian, pesilat yang mengenakan seragam warna hitam itu juga mendapatkan suntikan rohani. "Ini untuk menanamkan jiwa ahlusunah wal jamaah atau Aswaja. Karena Pagar Nusa merupakan seni bela diri yang lahir dari rahim NU," kata pria yang akrab disapa Gus Dimas, ini.
Terjunnya para pesilat ke acara pengajian itu seperti yang terlihat pada peringatan Isra' Mi'raj di Desa Pesanggrahan Kecamatan Gudo, dua hari lalu. Dengan dibalut seragam warna hitam, para murid Pagar Nusa itu terlihat sibuk membantuk jalannya acara. Mulai dari pintu masuk, hingga di sekitar panggung acara, pesilat Pagar Nusa nampak berjaga. Saat pengajian berlangsung, mereka juga menyimak dengan khidmat.
"Dengan begitu, pencak silat itu tidak selalu identik dengan aspek kekerasan. Namun juga sarana untuk membangun mental spiritual. Pencak silat Pagar Nusa harus membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang," kata warga Desa Wangkalkepuh yang pernah nyantri di Ponpes Sunan Ampel Jombang, ini.
Sementara itu, pembina IPSNU Pagar Nusa Kecamatan Gudo, Ustad Junaidi Yasin, mengungkapkan, meski Pagar Nusa di wilayahnya masih berusia muda, namun cikal bakal lembaga tersebut sudah sejak lama. Yakni, ditandai denga munculnya pasukan Sakerah pada tahun 1965. Pasukan ini merupakan kelompok yang berada di garis depan saat konfrontasi melawan PKI. "Pasukan Sakerah itu berisi para pesilat dari Gudo," ujarnya pria yang rambutnya sudah memutih ini.
Yasin berharap, munculnya Pagar Nusa di Kecamatan Gudo bisa menjadi jawaban fenomena kenakalan remaja yang santer akhir-akhir ini. Pasalnya, generasi muda sudah banyak yang terjebak dalam jerat narkoba, tawuran, dan perbuatan negatif lainnya.
"Jika para remaja aktif di Pagar Nusa, maka mereka tidak akan terjebak dalam jerat narkoba. Karena disini mereka digembleng secara fisik, mental, dan spiritual," kata Yasin yang pernah menjadi santri Ponpes Tebuireng pada era 1970-an ini. [suf/kun]
(Sumber: Beritajatim.com)