Situs Kahuripan, Tempat Semedi Presiden Soekarno



Situs Kahuripan, Tempat Semedi Presiden Soekarno
Hadi Suprapto, Dody Handoko
Jum'at, 24 April 2015, 10:35 WIB

VIVA.co.id - Situs Yoni Bhre Kahuripan disebut juga Situs Watu Ombo atau Yoni Klinterjo atau Petilasan Patih Udara (Maudoro). Situs ini terletak di Desa Klinterjo, Kecamatan Sooko, Mojokerto, Jatim. 

Dinamakan Kahuripan, karena di lokasi yang terdapat empat Petilasan ini, terdapat yoni tanpa lingga (sumber mata air abadi). Yoni Bhre Kahuripan diduga merupakan tugu batas ibu kota Kerajaan Majapahit sebelah utara-timur.

Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari prasasti Singasari (1351) diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.

Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi atau disingkat Tribhuwana adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama Jayanagara. Pada masa pemerintahan Jayanagara (1309-1328) ia diangkat sebagai penguasa bawahan di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan.

Bangunan kuno yang disebut situs Bhre Kahuripan ini terbuat dari batu andesit. Sisa bangunan andesit ini ditumpangi sebuah yoni dari batu andesit berukuran 1.90 x 1.84 meter, tinggi 1.24 meter. Yoni ini penuh hiasan dan terpahatkan angka tahun 1293 saka (1372 M). Menurut Kitab Pararaton, tahun tersebut adalah tahun wafatnya ibunda Hayam Wuruk, Tribhuwana Tunggadewi atau Bhre Kahuripan. 

Di situs itu terdapat tempat bersemedi ayahanda Prabu Damarwulan, yakni Patih Maharesi Maudoro. Di ruangan ini, tampak jelas terdapat sebuah batu bulat setinggi 50 sentimeter yang khusus dipakai untuk bersemedi. Di dalam ruangan ini muncul aroma mistis.

“Ruangan ini sering dipakai untuk lelaku, termasuk salah satunya Presiden pertama Soekarno,” ujar Dimas Cokro, pengamat budaya dan sejarah ketika ditemui di lokasi situs Majapahit Trowulan, Mojokerto, beberapa waktu lalu.

Lelaku atau semedi merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang menggambarkan upaya seseorang untuk mendapatkan “pencerahan” dengan menjalani hidup prihatin atau hidup sederhana.

Hingga kini, tak cuma Presiden Soekarno yang mengunjungi situs Bhre Kahuripan, banyak pejabat dan masyarakat yang tirakat. Mereka kadang juga menginap sampai beberapa hari sampai merasa cukup dan telah mendapat petunjuk.

“Rata-rata mereka mendapat semacam wangsit lewat mimpi,” katanya.

Jika tidak menginap di lokasi situs, pengunjung biasanya mengambil air yang terletak di dalam yoni. Meski yoni berbentuk batu yang besar, tapi di tengah batu itu berlubang. Dari lubang ini lah mengalir air dari dalam tanah memenuhi lubang batu itu.

“Orang-orang percaya bahwa air di dalam yoni itu memiliki khasiat , bisa untuk menyembuhkan penyakit atau untuk hal- hal spiritual misalnya untuk penglaris atau keselamatan hidup,” katanya.



Seri Walisanga: Kisah Desa yang Dikutuk Wabah Penyakit
Meski celah di batu itu cuma cukup untuk memasukkan gayung, air itu tidak pernah habis. Padahal, hampir semua pengunjung mengambil air itu dari hari ke hari.

Menurut Dimas, jika hari itu sudah habis dikuras pengunjung, beberapa saat kemudian mata air dari bawah yoni itu akan mengalir lagi ke atas, sehingga celah yoni itu akan terisi air lagi. Begitu berulang-ulang sampai bertahun-tahun.

“Saya juga heran, padahal celah pada yoni yang dari batu ini mestinya kecil, namun airnya tak pernah habis. Bahkan, pada saat bulan purnama, rembesan air akan semakin deras. Misalnya siang hari air itu habis, malamnya akan terisi lagi ,” katanya.




Dalam catatan sejarah, puluhan kali letusan gunung menyebabkan bangunan-bangunan kuno Majapahit berserta isinya ditelan Bumi. Tentu saja tak mudah untuk kembali menemukan benda bersejarah itu. (art)