Ustadz Ini Setuju Pernyataan `Lebih Baik Pemimpin Kafir Daripada Muslim Dzalim`



Ustadz Ini Setuju Pernyataan `Lebih Baik Pemimpin Kafir Daripada Muslim Dzalim`
Minggu, 17 April 2016 13:40 WIB


Jakarta, HanTer - Pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Kyai Haji Said Aqil Siradj yang menyebut "lebih baik pemimpin kafir tapi jujur daripada muslim tapi dzalim" mengundang polemik di masyarakat. Beragam penyataan pun disampaikan toloh agama islam. Diantaranya Ustadz Dimas Cokro, Ketua Majlis Dzikir Qurrota A'yun.

Menurut Uztadz Dimas, terlalu primitif jika dalam pemilihan pemimpin masih terbentur dengan SARA. Padahal negara Indonesia dari lahir sudah beraneka warna dan macam suku, agama ras dan antar golongan. Tapi sampai saat ini masyarakatnya masih saja belum bisa benar-benar mampu mengamalkan Pancasila yang menganut falsafah Bhineka Tunggal Ika.

"Padahal negara tetangga tengah berlomba-lomba memperbaiki negeri untuk semakin maju, kita masih saja ramai dan bertengkar dalam hal agama," ujar Gus Dimas yang juga pengurus PBNU ini kepada Harian Terbit, Minggu (17/4/2016).

Menurut Ustadz Dimas, pernyataan Kyai Said Agil lebih baik pemimpin kafir tapi jujur daripada muslim tapi dzalim sangat tepat. Karena seorang pemimpin itu dari tingkahlakunya, actionnya, bukan dari agamanya. Jika baik meski non muslim apa salahnya? Sebaliknya andai ada pemimpin muslim yang dzalim atau korup, atau segala sifat buruk lainnya, apa harus disupport terus?

"Kalau ada pemimpin bagus tapi non muslim dan kita tolak, lalu di mana fungsi Pancasila? Bukankah itu merebut HAM orang tersebut?," ujarnya.

Ustadz Dimas menuturkan, di Indonesia ada lima agama yang diakui. Oleh karena itu kita sebagai muslim tidak boleh mau menang sendiri. Apalagi muslim di Indonesia/Jakarta jumlahnya mungkin 70% lebih. Ketika non muslim memimpin pun apakah berani mengusik islam. Sehingga selagi pemimpin non muslim baik terhadap rakyatnya, tidak korupsi atau KKN, tidak mengaggu agama dan keyakinan kita, tapi justru membawa kemajuan dan segala hal positif bagi wilayah yang dipimpinnya.

"Kalau harus non muslim kenapa tidak?," tanyanya.

Ustadz Dimas menyarankan agar rakyat Indonesia mengingat kalimat yang pernah diucapkan almarhum Gus Dur "Kalau kamu berbuat baik terhadap sesamamu, orang tidak akan lagi menanyakan apa agamamu". Intinya, mari melihat orang dari apa yang dia lakukan, bukan dari apa yang dia sembah.




(Safari)